Showing posts with label Perikanan. Show all posts
Showing posts with label Perikanan. Show all posts

PEran Sumber Daya Manusia dalam Bidang Perikanan

Pertumbuhan ekonomi indonesia dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya adalah komponen investasi dan tenaga kerja. Investasi yang terjadi di suatu negara terdiri dari investasi pemerintah dan investasi swasta. Investasi pemerintah dapat dijalankan melalui salah satu instrumen kebijakan, yaitu pengeluaran pemerintah untuk investasi sedangkan investasi dari sektor swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (asing). Investasi yang berasal dari luar negeri berupa investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) dan investasi asing portofolio. Secara umum perkembangan nilai investasi, jumlah tenaga kerja dan PDB Indonesia dari tahun 1980-2010 mengalami perkembangan yang fluktuatif namun menunjukkan tren yang positif. (Nizar et al., 2013)
Kondisi ekonomi masyarakat yang rendah disebabkan kurangnya keterampilan dalam sektor perikanan, sarana dan prasarana pendukung usaha, belum dioptimalkan sumber daya alam lain di luar sektor perikanan dan pengaruh budaya. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka perlu dianalisis pengaruh karakteristik rumah tangga terhadap kemiskinan masyarakat pesisir (Andrianto et al., 2016). Pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertumbuhan penyediaan faktor-faktor produksi yang berupa penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal (Investasi). Model pertumbuhan Solow ini yang sering disebut sebagai model pertumbuhan neoklasik (Nizar et al., 2013)
Subsektor perikanan merupakan salah satu sumber perekonomian Indonesia mengingat prospek pasar, baik dalam negeri maupuan internasional cukup cerah. Potensi sumberdaya ikan, sumberdaya manusia serta permintaan pasar yang terus meningkat, memungkinkan untuk dapat mewujudkan industri perikanan yang kokoh, mandiri dan berkelanjutan serta memperluas penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan nelayan, meningkatkan konsumsi dalam negeri, dan meningkatkan penerimaan devisa negara yang akan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional (Oktaviani dan Sardjito, 2012).

Inovasi Pemasaran Rajungan

1.      Penjualan Online
Dewasa kini, dikenal dua cara pemasaran yaitu dengan cara pemasaran online dan offline. Kedua cara tersebut secara tujuan sama namun secara teknis sangatlah berbeda. Pemasaran secara online memungkinkan penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung untuk melakukan negosiasi dan pemasaran online juga dapat memperluas cakupan wilayah penjualan. Hal tersebut karena kemajuan teknologi yang akhir-akhir ini terbilang sangat pesat dan semakin maju. Kemajuan tersebut memiliki peran positif dalam kehidupan manusia. Menurut Hidayat el al. (2007) arus perkembangan sains dan teknologi dalam segenap aspek hidup manusisa telah banyak memengaruhi kemajuan masyarakat. Dampak positif perkembangan sains dan teknologi dapat dilihat dalam perkembangan medis. Selain itu dalam kemajauan teknologi pemanfaatan media internet sebagai media promosi perikanan.
Bisnis online adalah juga sama seperti kegiatan bisnis yang kita kenal sehari-hari. Bedanya dalam bisnis online ini adalah segala kegiatan bisnis dilakukan secara online dengan menggunakan media internet. Penggunaan internet sebagai media penjualan akan mempermudah transaksi barang dan antara penjual dan pembeli tidak perlu repot-repot menawarkan maupun memilih barang yang akan di jual atau di belinya. Bisnis online yang paling banyak di jumpai saat ini adalah berupa bisnis pakaian, barang elektronik, alat-alat rumah tangga, dan lain sebagainya termasuk bisnis perikanan yang dapat di lakukan secara online mengingat kemajuan teknologi yang sangat pesat. Menurut Pribadi (2010) internet memang menawarkan kelebihan yang tidak dimiliki media lain seperti tidak terbatas ruang dan waktu artinya internet dapat beroprasi 24 jam dan dapat di akses dari belahan dunia manapun, cepat, mudah dan murah, melalui internet komunikasi dan interaksi dua arah dapat dilakukan dengan sangat cepat dan sangat mudah dengan berbagai aplikasi yang user friendly (mudah digunakan) walaupun terpisah jarak dan waktu serta dukungan teknologi yang terus berkembang juga membuat media internet semakin diminati dan meningkat jumlah penggunanya dari hari ke hari. hal ini dapat di lihat dari peningkatan jumlah pengguna facebook, twitter dan youtube yang sangat pesat.
Tidak jauh berbeda dengan persaingan bisnis secara konvensional, bisnis internet juga memiliki kelemahan dan kelabihan. Bisnis melalui internet juga mamiliki prisnsip-prinsip bisnis yang harus di patuhi. Bahkam, dalam manjalankan kita harus lebih menjaga prinsip-prinsip dalam berbisnis saat mencoba peruntungan di dunia maya, karena tanpa bertemu secara fisik sekalipun transaksi bisnis dapat di lakukan, tanpa batas ruang dan waktu. Berbagai bisnis apapun pasti memiliki ancaman yang akan dihadapi kedepannya termasuk bisnis online ini. Ancaman berbisnis online antara lain datang dari orang-orang yang hanya iseng,jasa pengiriman,dalam soal pembayaran dan lain-lain.
Berikut kelbihan dan kelemahan dalam bisnis online
1.             Dampak positif
a.              Pasar Luas, Buka 24 jam sehingga dapat di akses kapan saja
b.             Karyawan Sediki dan tidak perlu mengeluarkan uang terlalu besar
c.              Berjalan Otomatis
d.             Dapat Dilakukan Oleh Siapapun
e.              Biaya Sangat Murah, Bisa dijalankan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja
f.               Skill yang diperlukan sepenuhnya bisa dipelajari tidak masalah apapun latar belakang anda
g.              Potensi penghasilan sangat besar
h.              Membuka lapangan pekerjaan.
2.             Dampak negative
a.              Keinginan Untuk Memegang & Mencoba produk (minim untuk dapat menggunakan panca indera) oleh pembeli sehingga terkadang pembeli menjadi ragu karena ikan merupakan benda hidup
b.             Resistensi Membeli Secara Online ( biasanya bagi orang awam yang belum pernah bertransaksi secara online)
c.              Petani ikan di Indonesia saar ini kurang mengerti akan internet sehingga pasaran terbatas pada orang yang mengenal internet sata
d.             Sistem Pembayaran yang masih seidikit rumit akan membuat orang merasa malah melakukan belanja online

2.             Pengambangan produk rajungan
Untuk memasarkan produk rajungan selain dipasarkan dalama bentuk hidup, rajungan dapat pula dipasarkan dalam bentuk olahan supaya lebih menarik dan memperpanjang umur penyimpanan rajungan. Kebanyakan rajungan yang di jual di pasaran merupakan rajungan dalam bentuk segar yang umur penyimpananya relative lebih pendek. Rajungan yang di dapatkan dari petani tidak melalui tahap pengolahan hanya melalui tahap sortasi atau grading. Menurut Erni (2014), Bahan baku yang digunakan adalah rajungan segar yang diperoleh dari nelayan. Kebanyakan rajungan yang diperoleh tersebut masih dalam kondisi hidup tanpa sortasi dan pencucian. Rajungan segar tersebut diletakkan dalam keranjang-keranjang plastik. Kemudian rajungan dicuci sampai bersih, sehingga terhindar dari bahaya fisik seperti kerikil dan kotoran-kotoran lain yang menempel, serta mengurangi jumlah bakteri alami pada permukaaan tubuh rajungan. Seteleh itu, dilakukan sortasi pada rajungan yang telah bersih, tetapi apabila rajungan hanya sedikit, sortasi tidak dilakukan. Dalam penyortiran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selain size/ukuran daging rajungan dan memilih memisahan daging rajungan yang tidak layak untuk dikemas dalam kaleng. Dalam sortir ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selain size/ukuran yaitu: Penampilan warna, kesegaran daging, konfirmasi atau kesegaran daging tidak pecah, daging padat dan kenyal, perlemakan dan kotoran tidak banyak.
Inovasi pemasaran rajungan melalui inovasi produk dapat di lakukan dengan cara pengalengan, rajungan beku, serta pengupasan daging rajungan. Dengan adanya pengolahan tersebut di harapkan akan terdapat nilai tambah dan menarik konsumen supaya membeli produk olahan rajungan. Produk olahan rajungan dapat bertahan lebih lama sehingga pemasaran dapat lebih luas dan distribusi akan semakin merata. Menurut Erni (2014), dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan dan balas jasa pengusaha pengolahan
a.              Pengalengan daging rajungan
Pengalengan daging rajungan ini menggunakan teknologi pengolahan secara pasteurisasi, yaitu suatu proses pengolahan yang mengoptimalkan proses termal sehingga dapat membunuh sebagian besar mikroba yang bersifat patogen tapi tidak semua mikroba dan biasanya menggunakan suhu di bawah 1000C. Tahapan proses pengalengan rajungan biasanya meliputi penerimaan, sortasi, pengecekan akhir bahan baku, pencampuran, pengisian daging, penimbangan, penutupan kaleng, pengkodean, pasteurisasi, pendinginan, pengemasan atau pengepakan, penyimpanan dingin, dan pengangkutan. Menurut Erni (2014), pengalengan merupakan cara pengawetan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat dan diseterilkan dengan panas. Cara pengawetan ini merupakan cara yang paling umum dilakukan karena bebas dari kebusukan serta untuk mempertahankan nilai gizi, citra rasa, dan daya tarik. Secara umum proses pengalengan meliputi adalah Persiapan bahan mentah, Pengisian, Pengisian dengan mengunakan tangan lebih menguntungkan karena lebih cepat. Daging yang akan diisikan ditimbang dengan berat tertentu. Pasteurisasi adalah proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu dimana semua bakteri yang berbahaya bagi manusia terbunuh. Pendinginan, setelah pasteurisasi kaleng harus didinginkan untuk mencegah over cooking atau over processing yaitu daging rajungan mengalami pemasakan terlalu lanjut yang berakibat pada rasa,warna, dan tekstur daging. Pelebelan, memberikan indikasi tentang nama/jenis bahan yang di kaleng, bumbu yang dipakai, berat, bersih, nama produsen, tanggal kadaluwarsa.
b.      Rajungan Beku
Rajungan dalam bentuk beku merupakan salah satu olahan rajungan yang banyak dilakukan untuk kegiatan eksport. Pembekuan daging rajungan ini membuat daging rajungan memiliki umur simpan yang lebih panjang dan dapat merubah tekstur daging rajungan. Dengan adanya proses pengolahan ini, nilai jual rajungan dapat bertambah dan dipasarkan secara lebih luas. Menurut Erni (2014) Rajungan yang telah dimasak setelah pemidahan dari tempat perebusan harus didinginkan pada temperatur ruang selama 1-2 jam. Jika rajungan tidak di kupas dalam waktu 12 jam maka rajungan yang telah dimasak harus didinginkan pada suhu 0-5 ºC.
3.      Pengupasan daging rajungan
Produk perikanan yang sangat popular dan harganya lumayan tinggi adalah produk perikanan fillet. Hal tersebut berlaku pula pada daging rajungan. Produk rajungan yang di jual dalam bentuk daging tanpa cangkang memiliki harga jual yang lebih tinggi di bangingkan dengan rajungan utuh. Pada proses pengupasan sudah dilakukan pemisahan berdasarkan klasifikasi jumbo, backfin special, claw meat, claw figer. Daging rajungan dari hasil pengupasan sebaiknya sesegera mungkin dalam waktu satu jam setelah pengupasan dikalengkan kemudian disimpan dalam cool storage dengan suhu 0-3 ºC. Daging rajungan dapat digolongkan menjadi lima jenis daging, yaitu :
a)      Claw meat (daging merah) yang merupakan daging dari bagian kaki sampai capit dari rajungan.
b)    Claw Finger (daging merah) yang merupakan bagian dari capit rajungan bersama dengan bagian shell yang dapat digerakkan.
c)  Special (daging putih) yang merupakan daging yang berada di sekitar badan yang berupa serpihan-serpihan
d)      Backfin (daging putih) yang merupakan jumbo kecil dan pecahan dari daging jumbo.
e)    Jumbo lump atau kolosal (daging putih) yang merupakan jaringan terbesar yang berhubungan dengan kaki renang.

Daftar Pustaka
Erni, Deni. 2014. Analisis Pemasaran Dan Nilai Tambah Produk Rajungan (Portunus pelagicus) Di Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon. [SKRIPSI] Universitas Padjadjaran
Hidayat, Khairul, dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosiologi. Erlangga : Jakarta
Pribadi, Wikan. 2010. Peluang Usaha Online. Kawah Media : Jakarta

Daya Dukung Perairan

Menurut Siagian (2010), daya dukung merupakan suatu sistem yang dapat mendukung beban yang dinyatakan sebagai pound ikan per kaki kubik air (lb/ft3). Selanjutnya dikemukakan bahwa daya dukung dibatasi oleh laju konsumsi oksigen dan akumulasi metabolit dan laju konsumsi oksigen tersebut sebanding dengan jumlah pakan yang dimakan per hari. Daya dukung perairan adalah tingkat produksi ikan maksimum yang dapat dihasilkan di perairan tersebut secara berkelanjutan. Pendapat lain menyatakan bahwa daya dukung suatu tapak (site) perairan untuk suatu kegiatan budidaya ikan dalam KJA adalah maksimum produksi ikan yang dapat didukung oleh suatu tapak perairan pada tingkat perubahan konsentrasi total P yang masih dapat diterima perairan yang bersangkutan. Daya dukung perairan selalu berfluktuasi menurut musim dan dapat menurun karena adanya cemaran, misalnya tingginya sisa pakan dan kotoran ikan yang masuk ke perairan.
Analisa daya dukung lingkungan perairan perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kemampuan tambak dalam mendukung kegiatan budidaya agar sesuai dengan hasil yang diharapkan bagi para petani tambak. Penentuan daya dukung lingkungan yang digunakan adalah metode Pembobotan. Terdapat 3 metode dalam penentuan daya dukung lingkungan yaitu metode pembobotan (weighting), penilaian (scoring) serta metode nutrient loading (Suparjo, 2008).
Beberapa referensi melaporkan, bahwa kegiatan budidaya ikan di danau dan waduk yang berlandaskan daya dukung perairan adalah melalui pendekatan beban bahan organik yang masuk ke dalam perairan yaitu unsur hara fosfor (P) yang berasal dari sisa pakan yang tidak termanfaatkan dan sisa metabolisme ikan. Selanjutnya dilaporkan bahwa berdasarkan pendekatan beban maksimum kandungan fosfor dan sisa metabolit yang dapat ditoleransi perairan sehingga tidak mengubah tingkat eutrofikasi perairan waduk adalah 0,367 kg P2O5 (fosfat) /ha/hari dimana 1 kg fosfat mengandung 0,437 kg fosfor (Siagian, 2010)
Menurut Suparjo (2008), nilai daya dukung merupakan faktor penting dalam menjamin siklus produksi budidaya dalam jangka waktu yang lama. Daya dukung lingkungan ini relatif mengalami penurunan dibandingkan tahun 1990-an. Penurunan ini disebabkan pengoperasian lahan tambak dan kolam yang dilakukan terus-menerus tanpa istirahat, memacu produksi dengan padat penebaran dan pemberian pakan yang berlebihan serta penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan
Daftar Pustaka
Siagian, Madju. 2010. Daya Dukung Waduk Plta Koto Panjang Kampar Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan 15(1) : 25-38
Suparjo, Mustofa Niti. 2008. Daya Dukung Lingkungan Perairan Tambak Desa Mororejo Kabupaten Kendal. Jurnal Saintek Perikanan 4(1) : 50 - 55

Kadar Spirulina Terbaik dalam Pakan Ikan

Kandungan nutrisi pakan yang terdapat dalam pakan yang ditambah tepung spirulina akan menghasilkan hasil yang terbaik. Kadar spirulina yang digunakan akan menentukan nutrisi dalam pakan sehingga hasil yang didapatkan akan berbeda. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa penggunaan pakan dengan tambahan spirulina mulai terlihat hasil yang jelas setelah beberapa hari penggunaan pakan karena diduga ikan perlu beradaptasi terhadap pakan yang digunakan. Menurut Noviyanti et al. (2015), bahwa Proses perubahan warna pada beberapa ikan terjadi mulai dari sepuluh hari pertama tetapi perubahan yang terjadi tidak signifikan. Hal ini diduga karena ikan masih beradaptasi dengan jenis pakan yang diberikan dan juga dapat disebabkan karena pemberian dosis yang berbeda memberikan dampak peningkatan intensitas warna yang tidak terlalu signifikan pada sepuluh hari pertama. Tidak meningkatknya warna ikan secara signifikan pada sepuluh hari pertama juga diduga karena ikan uji yang digunakan belum mencapai umur yang tepat dalam menyerap sumber karoten yang diberikan dengan baik.
Kadar terbaik yang digunakan dalam rekayasa pakan buatan menggunakan tambahan spirulina yaitu sebesar 1,2% karena pada kadar tersebut ikan masih dapat memanfaatkan kandungan nutrisi yang terdapat dalam spirulina secara optimal dibandingkan dengan kandungan yang lebih rendah. Menurut Noviyanti et al. (2015), bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa, penambahan tepung spirulina 1,2% dalam pakan memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan intensitas warna dibandingkan penambahan 0,9%, 0,6%, 0,3% dan 0%. Hal ini menunjukkkan bahwa ikan mampu menyerap kandungan karotenoid dalam pakan sehingga menghasilkan intensitas warna yang lebih cerah
Daftar Pustaka
Noviyanti, Karina., Tarsim, dan H. W. Maharani. 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina Pada Pakan Buatan Terhadap Intensitas Warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, 3(2) : 411-416

Kandungan Nutrisi Spirulina

Spirulina merupakan jenis alga hijau yang memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk pakan ikan. Spirulina yang digunakan untuk tambahan pakan buatan biasanya berupa tepung. Spirulina diduga dapat meningkatkan kandungan protein pada pakan serta dalam spirulina terdapat kandungan zat – zat yang dapat meningkatkan kecerahan warna pada ikan. Menurut Noviyanti et al. (2015), bahwa tepung spirulina adalah salah satu sumber protein hewani pada pakan ikan, selain itu tepung spirulina juga mengandung karotenoid. Proses perubahan warna pada beberapa ikan terjadi mulai dari sepuluh hari pertama tetapi perubahan yang terjadi tidak signifikan. Hal ini diduga karena ikan masih beradaptasi dengan jenis pakan yang diberikan dan juga dapat disebabkan karena pemberian dosis yang berbeda memberikan dampak peningkatan intensitas warna yang tidak terlalu signifikan pada sepuluh hari pertama. Menurut Tongsiri et al. (2010) dalam Noviyanti et al. (2015), bahwa spirulina memiliki kandungan phycocyanin, chlorophyll-a dan karoten. Karoten tersusun atas xantophyll (37%), β-carotene (28%) dan zeaxanthin (17%)

Sama halnya dengan pakan jenis lainya, kandungan nutirisi pada spiruina dapat dipengarhuhi oleh media tumbuh yang digunakan dalam kultur spirulina. Kandungan nutrisi pada spirulina meningkat apabila hidup pada lingkungan yang optimal. Menurut Widianingish et al. (2008), bahwa Begitu pentingnya peranan nilai kandungan nutrisi Spirulina bagi manusia dan organisme akuatik maka media kultur yang tepat untuk mendapatkan kandungan nilai nutrisi yang maksimal perlu dikaji lebih dalam. Kandungan nutrisi spirulina diharapkan dapat meningkat setelah menggunakan media yang terbaik.

Daftar Pustaka
Noviyanti, Karina., Tarsim, dan H. W. Maharani. 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina Pada Pakan Buatan Terhadap Intensitas Warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, 3(2) : 411-416
Widianingsih ., A. Ridho, R. Hartati, dan Harmoko. 2008. Kandungan Nutrisi Kandungan Nutrisi Spirulina platensis Spirulina platensis yang Dikultur yang Dikultur pada Media yang Berbeda ada Media yang Berbeda. Jurnal Ilmu Kelautan, 13(3) : 167-170

Rekayasa Pakan Ikan

Pakan adalah campuran berbagai macam bahan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi ternak. Pakan merupakan salah satu komponen utama penentu jalannya usaha peternakan, karena ia menyumbang sebanyak 60 -70% dari total biaya produksi. Tetapi pakan dengan kualitas baik biasanya disertai dengan harganya yang cukup mahal, sehingga pakan akan menjadi penyedot biaya produksi terbesar. Untuk mengatasi sal tersebut dapat digunakan rekaysa pakan guna mendapatkan pakan terbaik dengan harga yang terjangkau. Rekayasa pakan merupakan upaya yang dilakukan dalam upaya mendapatkan hasil terbaik dari pakan yang sudah ada. Rekayasa pakan buatan yang sering dilakukan bertujuan untuk meningkatkan protein dan daya cerna pada ikan karena semakin tinggi protein pada pakan maka akan semakin mahal pula harga pakan tersebut. Menurut Giri et al. (2007), protein merupakan komponen penting yang terdapat dalam pakan ikan. Protein tidak hanya menentukan pertumbuhan ikan, tetapi juga menentukan harga dari pakan. Semakin tinggi kandungan protein dalam pakan, maka akan semakin mahal pula harga pakan tersebut. Dengan demikian penentuan protein optimum harus dilakukan terlebih dahulu sebelum penentuan kebutuhan nutrient lainya untuk menekan biaya produksi.

Rekayasa pakan yang sering dilakukan selain peningkatan kandungan protein dan daya cerna digunakan untuk ikan konsumsi, rekayasa juga sering dilakukan untuk ikan hias. Rekayasa pada ikan hias berbeda dengan rekayasa yang ditujukan untuk ikan konsumsi karena rekayasa pada ikan hias lebih menekankan pada kandungan pakan yang dapat meningkatkan kecerahan warna karena semakin cerah dan bagus warna dari ikan hias maka semakin mahal harga ikan hias tersebut. Nilai kandungan nutrisi yang tepat pada pakan ikan hias dapat meningkatkan kecerahan warna ikan hias. Oleh karena itu, perlu dilakukan rekayasa dalam ikan pakan ikan hias. Menurut Noviyanti et al. (2015) bahwa kandungan nutrisi yang sesuai dapat meningkatkan performa warna ikan menjadi lebih cerah. Namun bila dilihat kaitan antara kandungan lemak, protein dan karotenoid pada tepung spirulina diduga berpengaruh dengan kenaikan intensitas warna. Tepung spirulina yang kandungan protein dan karotenoid yang ada cukup tinggi, sehingga dapat diduga bahwa kandungan protein dan karotenoid yang tinggi dapat meningkatkan intensitas warna pada ikan mas koki

Daftar Pustaka
Giri, Nyoman Adiasmara., K. Suwirya, A. I. Prihatsari,. Dan M. Marzuqi. 2007. Pengaruh Kandungan Protein Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Benih Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus). Jurnal Perikanan, 9(1) : 55-56

Noviyanti, Karina., Tarsim, dan H. W. Maharani. 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina Pada Pakan Buatan Terhadap Intensitas Warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, 3(2) : 411-416

Siklus Hidup dan Reproduksi Udang Galah

Dalam kehidupanya udang galah hidup menempati dua habitat. Pada saat dewasa dan menetas menjadi plankton sampai larva, udang galah hidup di air payau. Tetapi setelah menjadi juvenile sampai usia dewasa udang galah lebih senang hidup dalam air tawar. Udang galah memiliki siklus hidup di mulai dari udang dewasa yang siap memijah setelah perkawinan telur udang di erami di bawah perut induknya, di alam bebas udang dewasa menijahkan telurnya dalam air tawar yang jaraknya puluhan kilometer dari laut. Selanjutnya larva tersebut terbawa arus sungau menuju muara yang langsung berhubungan dengan laut. Pada kondisi air payau tersebut udang melakukan telur menetas berukuran plankton yang melayang-layang dalam air, bergerombol mendekati lingkungan yang terkena pancaran sinar matahari. Kemudian setelah beberapa hari plankton mengalami pergantian kulit dan berkembang menjadi larva. Setelah kurang lebih berusia 3 minggu, larva akan tumbuh menjadi udang galah kecil (juvenile)

Pada masa juvenile ini, udang-udang yang masih berukuran kecil akan bergerak menuju hulu sungai yang berair tawar.setelah kurang lebih usia 40 hari kemudian juvenile berkembang menjadi udang muda. Udang muda terus berkembang menjadi udang dewasa yang siap bereproduksi dalam usia 5-6 bulan. Pada saat terjadi reproduksi, udang galah akan kembali ke perairan payau untuk memijahkan telurnya.

Udang galah bersifat heteroseksual, artinya antara individu jantan dan betina dapat dibedakan. Alat reproduksi  udang galah jantan terdiri dari organ internal yaitu sepasang vasdeferen dan sepasang terminal ampula, dan organ eksternal yaitu petasma yang terletak pada kaki jalan yang ke-5 dan sepasang appendik maskulina yang terletak pada kaki renang ke-2 yang merupakan  cabang ke-3 dari kaki renang. Fungsi alat kelamin eksternal udang galah jantan adalah untuk menyalurkan sperma dan meletakkan spermatophora pada alat kelamin betina (thelikum), sehingga telur yang akan keluar dari saluran telur (oviduct) ke tempat pengeraman akan dibuahi oleh sperma dari thelikum tadi.  Petasma ini merupakan modifikasi bagian endopodit pasangan kaki renang pertama.

Udang galah betina alat reproduksinya terdiri dari organ internal yaitu sepasang ovarium dan sepasang saluran telur dan organ eksternal yaitu thelikum yang terletak  diantara kaki jalan ke-3.  Pada bagian dalam thelikum terdapat spermatheca yang berfungsi untuk menyimpan spermatophora setelah terjadi kopulasi. Induk udang galah betina mencapai kematangan gonad pada berat tubuh 20 gram, tetapi fekunditas yang baik dicapai pada ukuran 50 gram ke atas atau panjang tubuhnya 18,1-229 mm. Sedangkan induk jantan kematangan gonadnya tidak dapat diketahui secara visual,  namun berdasar beberapa hasil penelitian menunjukkan  bahwa udang dengan panjang 155 dapat melakukan perkawinan.

Sebelum terjadinya proses perkawinan, udang betina berganti kulit terlebih dahulu yang disebut premattingmoult. Setelah udang betina mengalami pergantian kulit, keadaannya menjadi lemah pada saat inilah perkawinan akan terjadi. Proses perkawinan UDANG GALAH berlangsung secara sederhana. Udang jantan akan mengeluarkan spermanya dan sperma tersebut akan ditampung pada spermatheca diantara kaki jalan betina. Proses selanjutnya adalah proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh induknya. Kejadian ini berlangsung pada saat telur turun melalui lubang kelamin, yang kemudian akan dipindahkan ke tempat pengeraman. Telur yang terdapat pada spermatheca akan dibuahi oleh sperma. Setelah pembuahan berlangsung, telur diletakkan pada ruang pengeraman yang terdapat diantara kaki renang induk betina hingga saatnya menetas.

Efisiensi Pemanfaatan Pakan

Penebaran pembenihan merupakan upaya menempatkan ikan ke dalam wadah budidaya dengan kepadatan tertentu. Jumlah benih yang ditebar harus mempertimbangkan kepasitas wadah pemeliharaan yang mampu menampung dari biomassa ikan yang di hasilkan. Dalam penebaran benih, juga perlu memperhatikan waktu tebar, kepadatan, dan cara penebaran. Padat penebaran pembenihan merupakan jumlah (biomasa) benih yang di tebar per satuan luas atau volume. Biasanya, padat penebaran di tentukan oleh jenis dan kapasitas produksi ikan, target ukuran panen ikan dan target kelangsungan hidup (Hendiriana, 2010).
Pemberian pakan berttujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada lele. Pemenuhan gizi   digunakan untuk kebutuhan hidup pokok dan sisanya di gunakan untuk pertumbuhan. Gizi yang penting bagi ikan lele adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Bagi ikan lele, lemak berfungsi sebagai sumber energy untuk pembaruan/mengganti jaringan yang rusak dan pertumbuhan ikan. Pakan lele sebaiknya menggunakan pakan pabrik dengan kandungan protein >32%. Secara umum pakan yang baik bagi ikan lele harus mengandung nutrient yang seimbang dan lengkap (Hendiriana, 2010).
Menurut Shafrudin et al., (2006) efisiensi pakan dihitung dengan cara menjumlahkan pakan yang diberikan setiap hari. Selanjutnya berdasarkan data bobot dan jumlah pakan dapat dihitung efisiensi pakan dengan rumus berikut :
EP = {((Wt+D)-Wo)/F} x 100%
Dengan :
EP : Efisiensi pakan (%)
Wt : Bobot total ikan di akhir pemeliharaan (gram)
Wo : Bobot total ikan di awal pemeliharaan (gram)
D : Bobot total ikan yang mati selama pemeliharaan (gram)
F : Total pakan yang diberikan (gram)

Formulasi dan Pembuatan Pakan Ikan

Pakan diperlukan untuk pertumbuhan, kesehatan ikan dan untuk peningkatan mutu produksi. Untuk keperluan tersebut ikan memerlukan nutrien berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang kebutuhannya berbeda sesuai dengan umur dan jenis ikan. Kandungan nutrisi pakan yang lengkap selalu dikaitkan dengan bahan yang digunakan dalam menyusun formulasi pakan. Salah satu nutrien pakan yang penting yang dibutuhkan ikan yaitu protein dan lemak. Protein merupakan sumber energi selain karbohidrat bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan, sedangkan lemak merupakan sumber energi yang terbesar bagi tubuh ikan. Ikan kerapu sebagai ikan karnivora cenderung membutuhkan pakan dengan konsentrasi protein yang tinggi (Marzuqi dan Anjusari, 2013).
Menurut Susanti dan Mayudin (2012), komposisi pakan yang baik dapat mempercepat perkembangan gonad dan fekunditas ikan. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam pakan mempengaruhi proses reproduksi ikan terutama menyangkut lama waktu pemijahan dan kualitas telur yang dihasilkan. Kendala utama dalam perbaikan kualitas pakan adalah besarnya alokasi biaya untuk pengadaan pakan sekitar 60-70% dari komponen biaya produksi. Hal ini disebabkan karena bahan baku pembuat pakan yakni tepung ikan merupakan bahan baku impor. Hal ini menjadi sebuah masalah tersendiri dalam budidaya ikan yang dapat berdampak pada menurunnya pendapatan para pembudidaya ikan.
Pembuatan pakan dengan menggunakan berbagai macam formula pakan sudah banyak dilakukan dan hasilnya mampu meningkatkan kandungan nutrisi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan ikan. Akan tetapi, tingginya kandungan nutrisi pakan tidak diimbangi dengan stabilitas pakan dalam air dan daya apungnya yang baik. Akibatnya, banyak pakan yang langsung tenggelam ketika ditebar ke kolam dan dalam waktu singkat hancur di dalam air sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ikan (Mulia dan Maryanto, 2014)
Faktor yang harus di pertimbangkan dalam pembuatan pakan buatan, diantaranya adalah kebutuhan nutrient ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Selain itu, pertimbangan lain adalah ketersediaan serta kemudahan penyimpanan dan distribusi. Dengan pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pakan yang berkualitas dengan tingkat water stability yang tinggi, disukai dan aman bagi ikan (Aslamsyah dan Karim, 2012).
Menurut Saade dan Aslamsyah (2009) tahapan persiapan pembuatan pakan diawali dengan menyiapkan bahan baku pakan. Bahan baku pakan yang terdiri atas tepung ikan dan tepung kepala udang sebagai sumber protein, dedak halus sebagai sumber karbohidrat, minyak ikan sebagai sumber lemak, tepung rumput laut sebagai perekat, mineral mix sebagai sumber mineral, dan vitamin mix sebagai sumber vitamin. Semua bahan baku dibuat dalam bentuk tepung halus dengan menggunakan blender.
Aslamsyah dan Karim (2012) adonan dicetak dengan menggunakan pencetak pellet untuk menghasilkan pakan yang berbentuk spaghetti (berbentuk memanjang). Agar sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan, pakan di potong kecil-kecil. Kemudian pakan dikeringkan dengan oven pada suhu dibawah 70 oC  selama dua sampai tiga hari. pakan yang telah kering didinginkan pada suhu kamar atau diangin-anginkan, selanjutnya dimasukkan kedalam kantong plastic dan disimpan di tempat yang kering.


Daftar Pustaka
Aslamyah, Siti., dan Yusri Karim. 2012. Uji Organoleptik, Fisik, dan Kimiawi Pakan Buatan Untuk Ikan Bandeng Yang Didistribusi dengan Tepung Cacing Tahan (Lumbricus sp.). Jurnal Akuakultur Indonesia, 11(2) : 124-131.
Marzuqi, Muhammad, dan Dewi Nasbha Anjusary. 2013. Kecernaan Nutrien Pakan Dengan Kadar Protein Dan Lemak Berbeda Pada Juvenil Ikan Kerapu Pasir (Epinephelus corallicola). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 5(2) : 311-323
Mulia, Dini Siswani., dan Heri Maryanto. 2014. Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Ikan yang Menggunakan Bahan Perekat Alami. Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP
Saade, Edison., dan Siti Aslamyah. 2009. Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Buatan Untuk Udang Windu Penaeus monodon Fab. Yang Menggunakan Berbagai Bahan Jenis Rumput Laut Sebagai Bahan Perekat. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, 19(2) : 107-115
Susanti, Romi., dan Arif Mayudin. 2012. Respons Kematangan Gonad dan Sintasan Induk Ikan Patin Siam (Pangasius Hypopthalmus) terhadap Pakan dengan Kandungan Tepung Cacing Tanah Berbeda. . Jurnal Vokasi, 8(2) : 110-120

Hubungan Mineral dengan pertumbuhan

Pertumbuhan ikan patin sangat bergantung dari mineral, karena itu mineral berguna untuk pertumbuhan tulang dan sisik. Walaupun mineral yang dibutuhkan oleh sangatlah sedikit untuk tubuh ikan dibandingkan dengan yang lain seperti protein dan karbohidrat, tetapi hal tersebut tidak mengurangi pentingnya mineral. Dalam hal ini konsumsi mineral yang terlalu sedikit atau tidak sesuai dengan yang diperlukan oleh tubuh akan membuat pertumbuhan berjalan tidak lancar dan membuat konsumsi pakan menjadi bertambah. Meskipun begitu konsumsi mineral yang terlalu banyak juga tidak bagus untuk ikan hal ini akan mengakibatkan ikan mati keracunan mineral. Pada formulasi pakan untuk takaran mineral mix sebesar 2 sampai 5%, agar tidak menyebabkan kekurangan dan kelebihan mineral yang akan menyebabkan kerugian di dalam budidaya ikan patin.Efisiensi pemberian pakan menunjukkan nilai (persentase) makanan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan. Efisiensi pemberian pakan berbanding lurus dengan penambahan bobot tubuh, sehingga semakin tinggi nilai efisiensi pemberian pakan berarti semakin efisiensi ikan memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk pertumbuhan. Menurut Kardana et al. (2012), Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, panjang atau berat dalam suatu waktu. Pertumbuhan terjadi karena adanya pertambahan jaringan dari pembelahan sel secara mitosis yang terjadi karena adanya kelebihan input energi dan protein yang berasal dari pakan. Selain dipengaruhi oleh asupan protein, pertambahan panjang total pada benih ikan bawal air tawar dipengaruhi oleh kandungan kalsium (Ca) dan phosphor (P). Kalsium dan phosphor merupakan mineral makro yang diperlukan dalam jumlah banyak oleh ikan.

Daftar Pustaka
Kardana, Dadan., K. Haetami, dan U. Subhan. 2012. Efektivitas Penambahan Tepung Maggot dalam Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3(4) : 177-184

Dampak Kelebihan Mineral

Kelebihan mineral pada ikan biasanya diakubatkan karena tingginya kadar logam pada perairan, logam dalam perairan tersebut dapat masuk melalui sel-sel kulit ikan dan mekanisme pernafasan sehingga menyebabkan keracunan pada ikan. Keracunan logam sering dijumpai pada ikan akibat pencemaran lingkungan oleh logam berat, seperti penggunaan pestisida, pencemaran limbah rumah tangga, dan pembuangan limbah pabrik. Keracunan logam terutama menyebabkan kerusakan jaringan. Beberapa logam mempunyai sifat karsinogenik (memacu pembentukan sel kanker) maupun tetratogenik (bentuk organ salah). Daya racun logam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kadar logam yang termakan, lamanya  mengkonsumsi logam, umur, spesies, jenis kelamin, kebiasaan makan, kondisi tubuh, dan kemampuan jaringan tubuh dalam mengkonsumsi logam tersebut. Semakin tinggi kadar abu dalam pakan, maka semakin tinggi pula kadar mineral dalam pakan. Hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan ikan, karena ikan hanya membutuhkan mineral dalam jumlah yang sedikit (Cory et al., 2014).

Logam yang dapat meracuni ternak meliputi logam esensial seperti Cu dan Zn serta logam nonesensial seperti Hg, Pb, Cd, dan As. Keracunan logam pada hewan dapat terjadi melalui injeksi, maupun melalui pakan. Keracunan logam mempengaruhi produksi, yaitu penurunan bobot badan, hambatan pertumbuhan, peka terhadap penyakit infeksi, dan kematian. Di samping itu, residu logam dapat menurunkan kualitas produk ikan. Menurut Sukarman dan Sholichah (2011), Baik mineral dalam bahan baku dan sumber mineral murni perlu diketahui agar bisa menjamin pakan tidak defisiensi mineral dan juga tidak mengandung mineral yang berlebihan dan bersifat toksik.

Daftar Pustaka

Sukarman dan L. Sholichah. 2011. Status Mineral dalam Pakan Ikan Dan Udang. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.

Dampak Kekurangan Mineral Bagi Ikan

Kekurangan dan kelebihan dapat mengakibatkan kelainan pada ikan. Kekurangan dan kelebihan mineral didalam pakan dapat menggangu pertumbuhan. Dalam faktor kalsium (Ca) dapat membuat ikan patin kandungan Ca rendah akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan mengganggu adaptasi pada saat kondisi lingkungan berubah. Untuk phosphor (P) Kekurangan mineral P pada pakan ikan dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, proses pembentukan tulang terganggu dan konversi pakan menjadi meningkat. Kekurangan Mg pada kandungan Ca 26 dan 40 g/kg akan meyebabkan penyakit nephacalcinosis dan di dalam jaringan otot akan meningkat kandungan Na yang dapat meningkatkan cairan ekstraseluler. Kekurangan sodium dapat mengakibatkan dehidrasi, keletihan, anoeexia dan kram otot. Wilson et al (1982), melakukan penelitian terhadap ikan channel catfish yang memperlihatkan bahwa peningkatan P yang tersedia dalam makanan dari 0,07% menjadi 0,54% akan meningkatkan pertambahan bobot relatif dari 135% menjadi 706% dan efisiensi pakan dari 36% menjadi 99%. Tetapi bila kandungan P terus dinaikkan sampai 1,02% maka pertumbuhan relatif akan turun dari 706% menjadi 620% dan efisiensi pakan akan turun dari 99% mejadi 90%.

Pada kebutuhan mineral mikro juga penting bagi ikan patin. Mineral mikro tersebut adalah besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), cobalt (Co), yodium (I) dan selenium (Se) penting bagi ikan selain mineral makro. Kekurangan zat besi pada ikan dapat membawa dampak yang merugikan bagi ikan. Pada beberapa jenis ikan memberikan dampak yang berbeda, misalnya pada ikan patin dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, konversi pakan rendah, nafsu makan menurun dan abnormalitas. kekurangan mineral mangan pada komposisi pakan ikan berakibat rendahnya daya tetas dan jumla telur pada induk ikan, ataxia yaitu ketidakmampuan tubuh untuk mengkoordinasikan gerakangerakan otot secara sempurna serta menurunnya penampakan reproduksi. Pada ikan rainbow trout dan channel catfish kekurangan selenium pat mengakibatkan depresi pertumbuhan. Menurut Arifin (2008), Tembaga merupakan unsur esensial yang bila kekurangan dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan hemoglobin. Tembaga sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme, pembentukan hemoglobin, dan proses fisiologis dalam tubuh hewan. Tembaga ditemukan dalam protein plasma, seperti seruloplasmin yang berperan dalam pembebasan besi dari sel ke plasma. Tembaga juga merupakan komponen dari protein darah, antara lain eritrokuprin, yang ditemukan dalam eritrosit (sel darah merah) yang berperan dalam metabolism oksigen. Selain ikut berperan dalam sintesis hemoglobin, tembaga merupakan bagian dari enzimenzim dalam sel jaringan. Tembaga berperan dalam aktivitas enzim pernapasan, sebagai kofaktor bagi enzim tirosinase dan sitokrom oksidase. Tirosinase mengkristalisasi reaksi oksidasi tirosin menjadi pigmen melanin (pigmen gelap pada kulit dan rambut). Sitokrom oksidase, suatu enzim dari gugus heme dan atom-atom tembaga, dapat mereduksi oksigen.

Pentingnya Mineral dalam Pakan Bagi Ikan Patin

Kebutuhan gizi pada pakan ikan merupakan suatu hal yang mutlak untuk dipenuhi. Seperti halnya kebutuhan protein pada pakan yang digunakan oleh ikan untuk pertumbuhan, kebutuhan mineral ikan harus terpenuhi karena akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan ikan yang dibudidayakan. Kebutuhann ikan akan mineral setiap ikan memiliki perbedaan setiap jenisnya. Secara umum mineral dibutuhkan dalah jumlah yang sedikit namun apabila suatu kultivan kekurangan mineral dapat berakibat pada terganggunya sistem metabolisme dan proses lainya di dalam tubuh ikan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ikan.  Menurut Arifin (2008), kebutuhan mineral ikan berbeda-beda baik dari jenis ikan yang membutuhkan maupun dari jenis mineralnya. Secara garis besar, mineral esensial dapat dikelompokkan menurut fungsi metaboliknya atau fungsinya dalam proses metabolisme zat makanan. Dalam tubuh, mineral ada yang bergabung dengan zat organik, ada pula yang berbentuk ion-ion bebas. Tiap unsur esensial mempunyai fungsi yang berbeda-beda, bergantung pada bentuk atau senyawa kimia serta tempatnya dalam cairan dan jaringan tubuh.

Sumber mineral untuk memenuhi kebutuhan ikan berbeda dengan sumber mineral yang di peroleh dari hewan yang berada di darat. Ikan dapat memperoleh mineral dari lingkungan (air) dan makananya. Meskipun dapat memperoleh mineral dari air, namun kandungan mineral dalam pakan merupakan hal yang sangat penting karena kandungan mineral dalam air kurang dapat dimanfaatkan secara sempurna untuk kebutuhanya. Menurut Sukarman dan Sholicah (2011), sumber mineral untuk ikan dan udang sedikit berbeda dengan hewan darat pada umumnya. Ikan dapat memperoleh mineral dari lingkungan sekitar (air) dan dari pakan yang diperolehnya sedangkan hewan di darat hanya mendapatkan makanan dari makanan yang diperolehnya saja. Mineral yang biasanya di dapatkan dari air yaitu Ca, K, Cu, dan Iodine. Sedangkan mineral yang lainya perlu di sediakan dari pakan. Oleh karena itu perlu adanya tambahan mineral dari pakan karena mineral yang di dapatkan dari lingkungan tidak dapat mencukupi kebutuhan ikan akan mineral. Apabila ikan kekurangan mineral akan berdampak pada kesehatan ikan tersebut.

Kebutuhan mineral ikan secara umum menurut Afrianto dan Liviawaty, (2005) disajikan pada tabel 1 :
Tabel 1. Kebutuhan mineral ikan secara umum
No.
Jenis Mineral
Kebutuhan (per Kg Pakan)
1
Magnesium (g)
400-500
2
Besi (g)
50-100
3
Mangan (g)
20-50
4
Seng (g)
20-50
5
Kalsium (g)
5
6
Fosfor (g)
3-5
7
Belerang (g)
3-5
8
Klor (g)
1-5
9
Tembaga (mg)
1-4
10
Natrium (g)
1-3
11
Kalium (g)
1-3
12
Iodium (ig)
100-300
13
Selenium (ig)
30-100
14
Kobalt (ig)
30-10
15
Molibdenum dan Krom
Sedikit sekali

Ikan patin merupakan ikan dari jenis catfish yang biasanya mampu bertahan dalam kondisi perairan yang kurang baik. meskipun demikian, untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam kegiatan budidaya tetap harus dijaga kualitas air serta yang paling penting adalah pakan yang sesuai kebutuhan kultivan yang di budidayakan. Pakan harus mengandung nutrisi termasuk mineral. Oleh karena itu, kebutuhan mineral ikan patin harus terpenuhi sesauai jumlah yang diperlukan tidak berlebihan maupun tidak kekurangan karena apabila hal tersebut terjadi dapat mengakibatkan kelainan pada ikan. Menurut Jusadi et al., (2006) ikan memerlukan suplai makanan dengan kandungan nutrien yang memenuhi kebutuhan nutriennya dan seimbang untuk dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Meskipun dalam jumlah yang sedikit, vitamin mempunyai peranan sangat besar dalam proses fisiologis ikan. Vitamin dan mineral harus didapatkan dari pakan, karena tubuh tidak dapat membuatnya sendiri. Kedua bahan tersebut dibutuhkan oleh ikan untuk proses metabolisme dalam tubuh untuk pertumbuhan, kebutuhan basal dan reproduksi. Tingkat kebutuhan vitamin dan mineral ini antara lain dipengaruhi oleh ukuran ikan, umur ikan, laju pertumbuhan ikan,  temperature air dan komposisi pakan. Pemberian pakan yang mengandung nutrisi sesuai kebutuhanya di harapkan dapat mempercepat laju pertumbuhan sehingga dalam kegiatan budidaya akan di dapatkan keuntungan yang lebih besar.

Menurut Sukarman dan Sholicah (2011), kebutuhan mineral ikan patin dapat dilihat pada tabel 2 :
Tabel 2. Kebutuhan mineral ikan patin
No
Jenis Mineral
Kebutuhan
1.
Ca (%)
0,45
2.
P (%)
0,33-0,45
3.
Mg (%)
0,04
4.
Cu (mg/kg)
3
5.
Fe (mg/kg)
-
6.
Mn (mg/kg)
-
7.
Zn (mg/kg)
20
8.
Co (mg/kg
-


Daftar Pustaka
Arifianto, Eddy, dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan : Pembuatan, Penyimpanan, Pengujian, Pengembangan. Kanisius. Yogyakarta 
Arifin, Zainal. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3): 99-105.
Jusadi, D., B. A. Dewantara dan I. Mokoginta. 2006. Pengaruh Kadar L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium Yang Berbeda Sebagai Sumber Vitamin C dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Patin Pangasius hypophthalmus Ukuran Sejari. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(1): 21-29.
Sukarman dan L. Sholichah. 2011. Status Mineral dalam Pakan Ikan Dan Udang. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
 

Popular Posts

Blog Archive

About