Showing posts with label Fisika. Show all posts
Showing posts with label Fisika. Show all posts

Pengertian Massa dan Alat Ukur Massa

Massa merupakan suatu sifat fisika yang menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda. Dalam kegunaan sehari-hari, massa seringkali disinonimkan dengan berat atau di anggap sama. Namun menurut pemahaman ilmiah modern, massa dan berat adalah dua hal yang berbeda karena berat suatu objek diakibatkan oleh interaksi massa dengan medan gravitasi. Sebagai contoh, seseorang mengangkat sebuah benda yang sama di dua tempat yang berbeda yaitu di bumi dan di bulan. Saat mengangkat benda tersebut di bumi akan terasa lebih beraat sedangkanketika mengangkat benda tersebut di bulan, maka berat benda tersebut akan lebih kecil dan lebih mudah diangkat namun massanya tetaplah sama.
Massa tiap benda selalu sama dimana pun benda tersebut berada. Satuan SI untuk massa adalah kilogram (kg). Alat untuk mengukur massa disebut neraca. Ada beberapa jenis neraca, antara lain, neraca ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Setiap neraca memiliki spesifikasi penggunaan yang berbeda-beda. Pada neraca tiga lengan, lengan paling depan memuat angka satuan sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka puluhan, dan lengan paling belakang memuat angka ratusan.

Berikut cara menimbang dengan menggunakan neraca tiga lengan adalah sebagai berikut.
a.       Posisikan skala neraca pada lengan depan dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala diarahkan pada angka nol
b.      Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang
c.       Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca
d.      Geser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan, puluhan, dan satuan sehingga tercapai keadaan setimbang
e.       Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk ratusan, puluhan, satuan, dan sepersepuluhan.

Alat Ukur Panjang

Panjang merupakan salah satu besaran pokok yang sangat sering dan paling umum untuk di ukur. Panjang seringkali dinyatakan dalam centimeter maupun meter. Dalam satuan SI panjang di nyatakan dengan menggunakan satuan meter. Untuk mengukur panjang suatu benda dapat di gunakan beberapa macam alat dengan ketelitian yang berbeda-beda. Berbagai macam alat pengukur panjang tersedia di toko-toko karena memang panjang benda atau suatu hal sering kali di ukur oleh masyarakat. Beberapa alat yang umum di gunakan untuk mengukur panjang yaitu penggaris/mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda, sehingga Anda harus bisa memilih alat ukur yang tepat untuk sebuah pengukuran. Pemilihan alat ukur yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan pada hasil pengukuran.

Berikut 3 alat ukur panjang yang serring di gunakan dalam kegiatan sehari-hari

a.       Mistar

Alat ukur panjang yang sering digunakan adalah mistar atau penggaris terutama untuk mengukur panjang suatu benda sehari-hari. Pada umumnya, mistar memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar mempunyai ketelitian pengukuran 0,5 mm, yaitu sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki oleh mistar. Mistar biasanya digunakan untuk mengukur dari satu titik ke titik yang lain. Pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, arah pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur. Artinya, arah pandangan harus tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda yang di ukur. Jika pandangan mata tertuju pada arah yang kurang tepat, maka akan menyebabkan nilai hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di sebut kesalahan paralaks.

b. Jangka Sorong

Jangka sorong merupakan alat pengukur panjang yang biasanya digunakan untuk mengukur benda yang relative pendek dan memerlukan ketelitian yang lebih dibandingkan dengan mistar. Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser. Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama, sedangkan skala pendek yang terdapat pada rahang geser merupakan skala nonius atau vernier. Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis.
Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi dalam 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong tepat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, kedalaman tabung, dan panjang benda sampai nilai 10 cm

c.    Mikrometer Skrup

Mikrometer sekrup merupakan alat yang biasa digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian yang lebih di bandingkan dengan jangka sorong dan biasa digunakan untuk benda berukuran kecil. Alat ini sering digunakan untuk mengukur tebal bendabenda tipis dan mengukur diameter benda-benda bulat yang kecil seperti tebal kertas dan diameter kawat. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan poros ulir. Skala panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan skala utama, sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros ulir merupakan skala nonius. Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu 0,01 mm

Besaran dan Satuan Fisika

Besaran dalam fisika dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran yang dilakukan. Sebagai contoh masyarakat biasanya melakukan pengukuran terhadap panjang (besaran) dengan menggunakan satuan meter (satuan). Satuan itu sendiri memiliki satuan yang di akui dan di gunakan dalam dunia internasional yang dikenal sebagai Satuan Internasional (SI). Satuan Internasional merupakan satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.

1.      Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran yang lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain. Berikut ini beberapa contoh besaran pokok yang digunakan secara internasional
No
Besaran
Lambang
Satuan
Lambang Satuan
1.
Panjang
l
Meter
M
2.
Massa
m
Kilogram
Kg
3.
Kuat Arus
I
Ampere
A
4.
Waktu
t
Sekon
S
5.
Suhu
t
Kelvin
K
6.
Intensitas Cahaya
I
Kandela
Cd
7.
Sudut bidang datar
q
Radian
Rad
8.
Sudut ruang
F
Stradian
Sr
9.
Jumlah zat
n
Mole
Mol

2.      Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan dari besaran pokok. Satuan besaran turunan disebut satuan turunan dan diperoleh dengan mengabungkan beberapa satuan besaran pokok. Besaran ini jumlahnya banyak sekali karena merupakan hasil perhitungan antara besaran pokok. Berikut beberapa contoh besaran turunan yang sering kita jumpai sehati-hari
No
Besaran
Lambang
Satuan
1
Luas
A
m2
2
Volume
V
m3
3
Kecepatan
v
m/s
4
Percepatan
a
m/s2

Kecerahan Kolam (Perairan) Budidaya

Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan serta kemampuan sinar matahari menembus badan perairan tersebut. Tingkat kecerahan berpengaruh besar tehadap budidaya ikan karena sinar matahari sangat di butuhkan oleh fitoplankton untuk berfotosintsis. Menurut Sari dan Usman (2012), Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan.
Kecerahan suatu perairan dapat di pengaruhi oleh banyak seperti kekeruhah, cuaca di perairan tersebut, dan lain sebagainya. Pengukuran kecerahan secara sederhana dapat menggunakan alat yang dinmakan secchi disck yaitu alat sederhana yang menggunakan lempeng logam yang di beri warna hitam putih serta di beri kayu untuk mengukur nilai kedalaman yang dimana lempengan tidak terlihat dan terlihat remang-remang. Menurut Effendi (2003), nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.
Menurut Nuritja dan Syafei (1997), besarnya energi yang dapat masuk ke dalam badan air tergantung dari jenis-jenis media misalnya air laut, air payau dan air tawar. Air tawar akan lebih mudah dan cepat menyerap energi panas tersebut dibanding air laut dan air payau. Besarnya kelarutan bahan organik ataupun padatan tersuspensi lainnya ikut menghalangi intensitas cahaya yang masuk. Keberedaan fitoplankton semakin ke dalam semakin sedikit karena fitoplankton membutuhkan cahaya untuk berfotosintesis. Semakin besar nilai kekeruhan akan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang mengakibatkan terganggunya pasokan oksigen sebagai hasil proses fotosintesis. Menurut Asdak (2010), kekeruhan biasanya menunjukkan tingkat kejernihan aliran air atau kekeruhan aliran air yang diakibatkan oleh unsur-unsur muatan sedimen, baik yang bersifat mineral atau organik. Kekeruhan air dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam meloloskan cahaya yang jatuh di atas badan air, apakah cahaya tersebut kemudian disebar atau diserap oleh air tersebut. Semkin kecil atau rendah tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya masuk ke dalam badan air dan dengan demikian, semkin besar kesempatan bagian vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis, maka semakin besar persedian oksigen yang ada dalam air.
Menurut Kordi dan Andi (2007), kekeruhan dipengaruhi oleh :
1.      benda-benda yang disuspensikan, seperti lumpur, dan sebagainya.
2.      adanya jasad-jasad lenik (plankton) dan
3.      warna air
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air., lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh yang keruh dan yang paling keruh. Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad lenik atau plankton. Bila kekeruhan disebabkan oleh plankton, maka kekeruhan mencerminkan jumlah individu plankton yaitu jasad lenik yang melayang dan selalu mengikuti gerak air. Semua plankton jadi berbahaya kalau kecerahan sudah kurang dari 25 cm. Menurut Minggawati dan Lukas (2012), mengemukakan bahwa kecerahan perairan yang mutu airnya sangat baik berkisar antara 15 sampai dengan 25 cm untuk usaha budidaya ikan.

Daftar Pustaka
Asdak,C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.Kanisius. Yogyakarta 
Kordi, M. Ghufran H dan Andi B.T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Peneka Cipta. Jakarta
Minggawati, Infa dan Lukas. 2012. Studi Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Karamba di Sungai Kahayan. Media SainS. 4 (1)
Nuitja, I Nyoman dan Lenny Stansye Syafei. 1997. Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan Ikan Segar. Universitas Terbuka
Sari, T. Ersti Yulika dan Usman. 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah Penangkapan Ikan Periaran Selat Asam Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 17(1): 88-10.

Pengertian Gerak

Gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan. Titik acuan sendiri didefinisikan sebagai titik awal atau titik tempat pengamat.
Gerak bersifat relatif artinya gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya. Benda yang bergerak dapat dikatakan tidak bergerak, sebgai contoh meja yang ada dibumi pasti dikatakan tidak bergerak oleh manusia yang ada dibumi. Tetapi bila matahari yang melihat maka meja tersebut bergerak bersama bumi mengelilingi matahari.
Contoh lain gerak relatif adalah B menggedong A dan C diam melihat B berjalan menjauhi C. Menurut C maka A dan B bergerak karena ada perubahan posisi keduanya terhadap C. Sedangkan menurut B adalah A tidak bergerak karena tidak ada perubahan posisi A terhadap B. Disinilah letak kerelatifan gerak. Benda A yang dikatakan bergerak oleh C ternyata dikatakan tidak bergerak oleh B. Lain lagi menurut A dan B maka C telah melakukan gerak semu.
Gerak semu adalah benda yang diam tetapi seolah-olah bergerak karena gerakan pengamat. Contoh yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita naik mobil yang berjalan maka pohon yang ada dipinggir jalan kelihatan bergerak. Ini berarti pohon telah melakukan gerak semu. Gerakan semu pohon ini disebabkan karena kita yang melihat sambil bergerak.
Berdasarkan percepatannya gerak dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak yang percepatannya sama dengan nol (a = 0) atau gerak yang kecepatannya konstan.
2.      Gerak berubah beraturan (GLBB) adalah gerak yang percepatannya konstan (a = konstan) atau gerak yang kecepatannya berubah secara teratur.

Pemuaian Panjang

Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan tebal dianggap tidak ada atau bernilai nol. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang saja adalah kawat kecil yang panjang sekali dan hanya bertambah panjangnya.
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri berbeda-beda dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan.
Secara matematis persamaan yang digunakan untuk menentukan pertambahan panjang benda setelah dipanaskan pada suhu tertentu adalah









Bila ingin menentukan panjang akhir setelah pemanasan maka digunakan persamaan sebagai berikut :



Suhu Perairan Budidaya

Suhu air di dalam ar dapat  menjadi factor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna akuatis, terutama suhu di dalam air yang telah melampaui ambang batas (telalu hangat atau terlalu dingin) bagi kehidupan flora dan fauna tersebut di atas.  Jenis, jumlah dan keberadaan flora dan fauna akuatis sering kali berubah dengan adanya perubahan suhu air, terutama oleh adanya kenaikan suhu di dalam ai. Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi dan pada giliranya memerlukan lebih banyak memerlukan lebih banyak oksigen di dalam perairan tersebut. Hubungan antara suhu air dan oksigen biasanya berkolerasi negative, yaitu kenaikan suhu di dalam air akan menurunkan tingkat solubilitas oksigen dan dengan demikian organisme akuatis dalam memanfaatkan oksigen yang tersedia untuk berlangsungnya proses-proses biologi di dalam air. Kenaikan suhu suatu perairan alamiah umumnya di sebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sepanjang tebing aliran tersebut mengakibatkan lebih banyak cahaya matahari yang dapat menembus permukaan air tersebut dan pada giliranya akan meningkatkan suhu di dalam air (Asdak, 2010).
Menurut Nuitja dan Lenny (1997)  faktor sumber energy panas lainya adalah perubahan entalpi pada setiap proses kimia yang terjadi dalam air. Pada proses kimia dikenal adanya reaksi endotermal dan reaksi eksotermal. Bila proses kimia yang berlangsung terjadi melalui proses endotermal berarti badan air di sekitar proses berlangsung akan kehilangan energi panas. Atau dengan kata lain suhu perairan di lokasi tersebut menurun. Demikian juga sebaliknya bila berlangsung reaksi eksotermal badan air di sekitar proses berlangsung bertambah panas berati terjadi kenaikan suhu. Sebagaimana di ketahui, pada setiap reaksi kimia akan terjadi upaya dari reaksi bersangkutan untuk menyeimbangkan hasil reaksi. Pada setiap proses keseimbangan ini suhu air memegang peran yang menetukan. Sebagaimana contoh kelarutan gas-gas dalam air menurun bila media air terebut meningkat. Dalam upaya tetap menyeimbangkan kondisi awal, proses terjadinya adalah melepas gas-gas terlarut ke atmosfir. Hal yang sama, berlaku juga untuk mengetahui kelarutan bahan dalam air. Selain konsentrasi dan tekanan setempat, suhu media ikut mempengaruhi tingkat kelarutan bahan. Bila bahan ini termasuk dalam bahan organic yang mampu menghalangi penetrasi sinar matahari, maka kelarutan akan berdampak terhadap penurunan suhu air. Sejauh mana dampak penurunan suhu sangat bergantung pada kedalaman suatu perairan.
Kebanyakan organisme hidup dekat ke batas atas dari toleransi termalnya. Pe,amasan yang tidak biasa lebih cepat fatalnya daripada pendinginan yang sebanding. Karena alasan ini organisme-organisme yang sesuai untuk hidup dalam air yang sejuk sampai dingin lebih ketat terbatas menurut suhu dalam penyebaranya daripada yang hidup di perairan yang lebih hangat. Serbuan organisme-organisme air hangat ke lapisan-lapisan yang lebih dingin dapatnya ia bertahan di situ, sekurang-kurangnya untuk  suatu waktu, nisbinya sering terjadi, tetapi yang sebaliknya jarang. Kolonosasi tampaknya terutama merupakan proses satu arah – biota air dingin bersumberkan kelompok-kelompok air hangat. Organisme-organisme yang hidup dalam perairan sejuk sampai dingin biasanya lebih lambat berkembang, hidup lebih kama, mencapai ukuran yang lebih besar, lebih banyaj membekalkan persediaan-persediaan metabolism dan mempunyai kecenderungan yang lebis besar kepada perkembangan langsung dan lebih sedikit menghasilkan turunan daripada organisme-organisme air hangat. Populasi air dingin lebih sering pula di kuasai oleh jenis-jenis yang lebis sedikit jumlahnya, dengan beberapa di antaranya muncul dalam jumlah yang sangat besar (McConnaughey dan Robert, 1983).
Suhu perairan memliki perbedaan disetiap tempatnya tergantung dari penetrasi sinar matahari dan biasanya terdapat tempat yang di atasnya terlindung oleh tumbuhan ataupun benda lain. selain itu, suhu perairan biasanya akan lebih hangat di bandungkan dengan suhu udara karena sifat air yang mampu menyimpan panas yang di serapnya. Menurut McConnaughey dan Robert (1983) cahaya matahari tidak saja menyinari air yang di tembusnya tetapi juga memanasinya. Karena tingginya kemampuan air menahan panas, suhu tidak akan jatuh secara mendadak bila penyinaran terhenti pada malam hari. Air permukaan cenderung ltetap ebih hangat dari lapisan di bawahnya karena air hangat kurang padat dari air dingin.
Suhu air merupakan salah satu parameter yang penting dalam kegiatan budidaya karena suhu biasanya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kerahanan hidup kultivan. Selain itu, suhu dapat mempengaruhi keseimbangan parameter yang lain. Menurut Saeni (1989) kelarutan oksigen dalam air tergantung dari suhu air, tekanan parsial oksigen dalam atmosfir dan kandungan garam dalam air. Perhitungan kelarutan oksigen yang merupakan fungsi dari tekanan parsial dimana terlihat bahwa oksigen dalam air pada suhu 25ᵒC dalam keseimbangan dengan udara pada tekanan 1 atmosfir hanya 8,32 mg/l
Percobaan yang telah di laksanakan di dapatkan bahwa suhu udara tertinggi di dapatan pada pukul 11.00 dan pukul 13.00 yaitu sebesar 32ᵒC dan suhu udara terendah di dapatkan pada pagi hari yaitu sebesar 24ᵒC. Suhu perairan yang di dapatkan relatif lebih tinggi di bandingkan suhu udara yaitu suhu tertinggi di dapaktan sebesar 33ᵒC pada pukul 15.00 dan pukul 16.00 dan suhu terendah 25ᵒC pada pagi hari. Suhu pada perairan tersebut tergolong baik untuk budidaya karena suhu tidak terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Pergantian suhu juga tidak terlalu drastis sehingga ikan akan lebih mudah menyesuaikan diri. Menurut Nuitja dan Lenny (1997) untuk kegiatan budidaya ikan, disarankan suhu media budidaya berkisar antara 25ᵒC sampai 30ᵒC. dari beberapa pengamatan lapangan di peroleh gambaran bahwa kisaran suhu perairan seperti ini mampu menghasilkan pertumbuhan yang optimum. Hal ini berarti bahwa di bawah atau di atas kisaran suhu tersebut ikan tidak bisa tumbuh. Di luar kisaran suhu tersebut umumnya pertumbuhan berjalan lambat. Selain itu di kenal juga nilai suhu yang di pandang kritis, malah mematikan ikan untuk setiap spesies ikan.
Naik turunya suhu di suatu perairan tergantung kepada jumlah energi panas yang masuk ke dalam air tersebut. Sumber energy panas tersebut berasal dari difusi suhu udara di atas permukaan perairan, intensitas cahaya matahari yang masuk menembus lapisan permukaan air serta besarnya perubahan entalpi yang terjadi akibat proses kimia dalam air. Bila faktor lainya tetap maka pada umumnya nilai suhu mengikuti kisaran nilai suhu udara yang berada di atas permukaan air. Suhu udara ini juga tergantung dari intens tidaknya sinar matahari. Di samping itu tergantung pada ada tidaknya awan/asap dan terpolusi tidaknya udara di atas daerah tersebut. Demikian juga ketinggian letaksuatu daratan, serta sudut jatuhnya sinar matahari seperti pada waktu pagi hari dan sore hari (Nuitja dan Lenny, 1997)

Daftar Pustaka
McConnaughey, Bayard H., dan Robert Zottoli. 1983. Pengantar Biologi Laut. The C.V. Mosby Company : London
Nuitja, I Nyoman., dan Lenny Stansye Syafei.1997. Pengelolaan Lingkungan dan Ikan Kesehatan Ikan Segar.
Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Institut Pertanian Bogor : Bogor
 

Popular Posts

Blog Archive

About