Suhu Perairan Budidaya

Suhu air di dalam ar dapat  menjadi factor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna akuatis, terutama suhu di dalam air yang telah melampaui ambang batas (telalu hangat atau terlalu dingin) bagi kehidupan flora dan fauna tersebut di atas.  Jenis, jumlah dan keberadaan flora dan fauna akuatis sering kali berubah dengan adanya perubahan suhu air, terutama oleh adanya kenaikan suhu di dalam ai. Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi dan pada giliranya memerlukan lebih banyak memerlukan lebih banyak oksigen di dalam perairan tersebut. Hubungan antara suhu air dan oksigen biasanya berkolerasi negative, yaitu kenaikan suhu di dalam air akan menurunkan tingkat solubilitas oksigen dan dengan demikian organisme akuatis dalam memanfaatkan oksigen yang tersedia untuk berlangsungnya proses-proses biologi di dalam air. Kenaikan suhu suatu perairan alamiah umumnya di sebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sepanjang tebing aliran tersebut mengakibatkan lebih banyak cahaya matahari yang dapat menembus permukaan air tersebut dan pada giliranya akan meningkatkan suhu di dalam air (Asdak, 2010).
Menurut Nuitja dan Lenny (1997)  faktor sumber energy panas lainya adalah perubahan entalpi pada setiap proses kimia yang terjadi dalam air. Pada proses kimia dikenal adanya reaksi endotermal dan reaksi eksotermal. Bila proses kimia yang berlangsung terjadi melalui proses endotermal berarti badan air di sekitar proses berlangsung akan kehilangan energi panas. Atau dengan kata lain suhu perairan di lokasi tersebut menurun. Demikian juga sebaliknya bila berlangsung reaksi eksotermal badan air di sekitar proses berlangsung bertambah panas berati terjadi kenaikan suhu. Sebagaimana di ketahui, pada setiap reaksi kimia akan terjadi upaya dari reaksi bersangkutan untuk menyeimbangkan hasil reaksi. Pada setiap proses keseimbangan ini suhu air memegang peran yang menetukan. Sebagaimana contoh kelarutan gas-gas dalam air menurun bila media air terebut meningkat. Dalam upaya tetap menyeimbangkan kondisi awal, proses terjadinya adalah melepas gas-gas terlarut ke atmosfir. Hal yang sama, berlaku juga untuk mengetahui kelarutan bahan dalam air. Selain konsentrasi dan tekanan setempat, suhu media ikut mempengaruhi tingkat kelarutan bahan. Bila bahan ini termasuk dalam bahan organic yang mampu menghalangi penetrasi sinar matahari, maka kelarutan akan berdampak terhadap penurunan suhu air. Sejauh mana dampak penurunan suhu sangat bergantung pada kedalaman suatu perairan.
Kebanyakan organisme hidup dekat ke batas atas dari toleransi termalnya. Pe,amasan yang tidak biasa lebih cepat fatalnya daripada pendinginan yang sebanding. Karena alasan ini organisme-organisme yang sesuai untuk hidup dalam air yang sejuk sampai dingin lebih ketat terbatas menurut suhu dalam penyebaranya daripada yang hidup di perairan yang lebih hangat. Serbuan organisme-organisme air hangat ke lapisan-lapisan yang lebih dingin dapatnya ia bertahan di situ, sekurang-kurangnya untuk  suatu waktu, nisbinya sering terjadi, tetapi yang sebaliknya jarang. Kolonosasi tampaknya terutama merupakan proses satu arah – biota air dingin bersumberkan kelompok-kelompok air hangat. Organisme-organisme yang hidup dalam perairan sejuk sampai dingin biasanya lebih lambat berkembang, hidup lebih kama, mencapai ukuran yang lebih besar, lebih banyaj membekalkan persediaan-persediaan metabolism dan mempunyai kecenderungan yang lebis besar kepada perkembangan langsung dan lebih sedikit menghasilkan turunan daripada organisme-organisme air hangat. Populasi air dingin lebih sering pula di kuasai oleh jenis-jenis yang lebis sedikit jumlahnya, dengan beberapa di antaranya muncul dalam jumlah yang sangat besar (McConnaughey dan Robert, 1983).
Suhu perairan memliki perbedaan disetiap tempatnya tergantung dari penetrasi sinar matahari dan biasanya terdapat tempat yang di atasnya terlindung oleh tumbuhan ataupun benda lain. selain itu, suhu perairan biasanya akan lebih hangat di bandungkan dengan suhu udara karena sifat air yang mampu menyimpan panas yang di serapnya. Menurut McConnaughey dan Robert (1983) cahaya matahari tidak saja menyinari air yang di tembusnya tetapi juga memanasinya. Karena tingginya kemampuan air menahan panas, suhu tidak akan jatuh secara mendadak bila penyinaran terhenti pada malam hari. Air permukaan cenderung ltetap ebih hangat dari lapisan di bawahnya karena air hangat kurang padat dari air dingin.
Suhu air merupakan salah satu parameter yang penting dalam kegiatan budidaya karena suhu biasanya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kerahanan hidup kultivan. Selain itu, suhu dapat mempengaruhi keseimbangan parameter yang lain. Menurut Saeni (1989) kelarutan oksigen dalam air tergantung dari suhu air, tekanan parsial oksigen dalam atmosfir dan kandungan garam dalam air. Perhitungan kelarutan oksigen yang merupakan fungsi dari tekanan parsial dimana terlihat bahwa oksigen dalam air pada suhu 25ᵒC dalam keseimbangan dengan udara pada tekanan 1 atmosfir hanya 8,32 mg/l
Percobaan yang telah di laksanakan di dapatkan bahwa suhu udara tertinggi di dapatan pada pukul 11.00 dan pukul 13.00 yaitu sebesar 32ᵒC dan suhu udara terendah di dapatkan pada pagi hari yaitu sebesar 24ᵒC. Suhu perairan yang di dapatkan relatif lebih tinggi di bandingkan suhu udara yaitu suhu tertinggi di dapaktan sebesar 33ᵒC pada pukul 15.00 dan pukul 16.00 dan suhu terendah 25ᵒC pada pagi hari. Suhu pada perairan tersebut tergolong baik untuk budidaya karena suhu tidak terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Pergantian suhu juga tidak terlalu drastis sehingga ikan akan lebih mudah menyesuaikan diri. Menurut Nuitja dan Lenny (1997) untuk kegiatan budidaya ikan, disarankan suhu media budidaya berkisar antara 25ᵒC sampai 30ᵒC. dari beberapa pengamatan lapangan di peroleh gambaran bahwa kisaran suhu perairan seperti ini mampu menghasilkan pertumbuhan yang optimum. Hal ini berarti bahwa di bawah atau di atas kisaran suhu tersebut ikan tidak bisa tumbuh. Di luar kisaran suhu tersebut umumnya pertumbuhan berjalan lambat. Selain itu di kenal juga nilai suhu yang di pandang kritis, malah mematikan ikan untuk setiap spesies ikan.
Naik turunya suhu di suatu perairan tergantung kepada jumlah energi panas yang masuk ke dalam air tersebut. Sumber energy panas tersebut berasal dari difusi suhu udara di atas permukaan perairan, intensitas cahaya matahari yang masuk menembus lapisan permukaan air serta besarnya perubahan entalpi yang terjadi akibat proses kimia dalam air. Bila faktor lainya tetap maka pada umumnya nilai suhu mengikuti kisaran nilai suhu udara yang berada di atas permukaan air. Suhu udara ini juga tergantung dari intens tidaknya sinar matahari. Di samping itu tergantung pada ada tidaknya awan/asap dan terpolusi tidaknya udara di atas daerah tersebut. Demikian juga ketinggian letaksuatu daratan, serta sudut jatuhnya sinar matahari seperti pada waktu pagi hari dan sore hari (Nuitja dan Lenny, 1997)

Daftar Pustaka
McConnaughey, Bayard H., dan Robert Zottoli. 1983. Pengantar Biologi Laut. The C.V. Mosby Company : London
Nuitja, I Nyoman., dan Lenny Stansye Syafei.1997. Pengelolaan Lingkungan dan Ikan Kesehatan Ikan Segar.
Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Institut Pertanian Bogor : Bogor

No comments:

Post a Comment

 

Popular Posts

Blog Archive

About