Showing posts with label Geografi. Show all posts
Showing posts with label Geografi. Show all posts

Pengaruh Sedimen Terhadap Mikroflora

Artikel by M. Furqon Alauddin Athif

Oksigen merupakan faktor penting dalam lingkungan bentik. Hampir semua  sedimen laut mempunyai lapisan oksidasi pada permukaan, sedangkan bagian bawahnya merupakan lapisan anoksik dengan komposisi kimia yang berbeda.ketebalan lapisan yang beroksigen bergantung pada ukuran butir sedimen, jumlah bahan organik, pengadukan air, dan metabolisme bakteri. Peningkatan kedalaman sedimen, biasanya kandungan oksigen berkurang, dan lapisan sedimen yang lebih dalam dikarakteristikkan oleh Eh yang rendah dan tingginya jumlah H2S. Tingginya kandungan bahan organik membuat sistem sulfida merupakan bagian penting dari habitat bentik. Laju reduksi sulfat distimulasi oleh rendahnya kandungan oksigen dalam sedimen. Kondisi sedimen yang anoksik dan tingginya kandungan H2S sangat efektif mempengaruhi fauna bentik.
Keberadaan kandungan bahan organik berhubungan dengan ukuran partikel  sedimen. Pada sedimen halus, persentase kandungan bahan organik lebih tinggi daripada sedimen yang kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan. Pada sedimen kasar, kandungan bahan organiknya lebih rendah, karena partikel yang halus tidak mengendap. Akumulasi dan proses pengendapan bahan organik di sedimen berhubungan dengan proses percampuran (mixing process) dari partikel sedimen tersebut pada saat penenggelaman. Pada kondisi sedimen yang banyak menerima masukan bahan organik dapat menyebabkan berkurangnya stabilitas sedimen. Hal ini disebabkan oleh pertemuan antara bahan organik dengan lumpur dapat merusak matriks sedimen sehingga stabilitas sedimen berkurang.
Bahan organik penting dalam sedimen karena pengaruhnya terhadap kehidupan di lingkungan sedimen tersebut. Senyawa organik sebagian besar terdapat dalam jaringan organisme. Bahan organik memainkan peranan yang sangat penting dalam fungsi ekosistem sebagai sumber makanan dan energi bagi organisme heterotrof, yang pada akhirnyaakan berfungsi dalam resiklus nutrien dalam ekosistem. Bahan organik sedimen merupakan sumber resiklus nutrien untuk produktivitas kolom air bila ia didegradasi. Konsentrasi oksigen terlarut biasanya menurun ketika bahan organik didegradasi oleh bakteri aerob.
Mikroflora membutuhkan kandungan zat organik pada sedimen dalam memenuhi kebutuhan metabolisme. Ketika kandungan zat organik dalam sedimen berlebih akan terjadi blooming yang dapat merugikan ekosistem karena terjadi perebutan oksigen yang sangat ketat. 

Pengertian Sedimen

Artikel by M. Furqon Alauddin Athif

Sedimen adalah partikel hasil dari pelapukan batuan, material biologi, endapan kimia, debu, material sisa tumbuhan dan daun. Sedimen dasar perairan dapat dibedakan atas sedimen lithogenous, biogenous, cosmogenous, dan hydrogenous.
Sedimen terdiri dari partikel dari material organik dan anorganik. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan yang mempengaruhi pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya grafitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Sedimen menyediakan habitat untuk beberapa organism dan sumber nutrisi untuk yang lainnya, sehingga penelitian tentang sedimen sangat penting untuk dipelajari untuk mengetahui keadaan suatu daerah serta kehidupan didalamnya serta untuk mengeksplor sumber daya alam yang terkandung (Finariyyah et. al., 2012).
Sedimen merupakan habitat bagi banyak organisme bentik dan epibenthik. Sedimen  juga  mempengaruhi  laju  polutan  dalam  ekosistem  perairan  dengan bertindak baik sebagai penyimpan atau sebagai sumber polutan dalam lingkungan perairan.  Banyak organisme akuatik yang dapat terpapar polutan melalui interaksi langsung  maupun  tidak  langsung  dengan  sedimen  (CCME,  1995 dalam Aslamyah, 2006).

Daftar Pustaka
Aslamyah, Siti .2006.Penggunaan Mikroflora Saluran Pencernaan sebagai Probiotik untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal). Institut Pertanian Bogor.
Finariyah, Fathin dkk. 2012. Sedimen Dasar Perairan. INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA.

Batuan Metamorf

Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut ;
·        Komposisi mineral batuan asal
·        Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
·        Pengaruh gaya tektonik
·        Pengaruh fluida
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1.      Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
2.      Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral-mineral dalam batuan tersebut.
Jenis-Jenis Metamorfisme
Metamorfisme Kontak/Termal
Metmorfisme ini faktor dominannya ialah temperatur tinggi. Tekanan confining (tekanan yang pengaruhnya sama besar ke semua permukaan benda) juga berpengaruh, namun tidak signifikan. Kebanyakan terjadi < 10 km di bawah permukaan Bumi. Metemorfisme kontak terjadi pada batuan intrusi jika ada magma yang mengintrusi batuan tersebut. Prosesnya menghasilkan efek yang dikenal dengan sebutan baking effect. Zona kontak ini (disebut aureole) tidak terlalu luas, hanya sekitar 1 – 100 meter. Karena tekanan diferensial (tekanan yang pengaruhnya tidak sama besar ke semua permukaan benda) juga tidak terlalu signifikan, batuan metamorf yang terbentuk biasanya tidak terfoliasi.
Metamorfisme Regional/Dinamotermal
Metemorfisme ini terjadi pada kedalaman yang signifikan yakni > 5 km. Batuan jenis ini merupakan yang paling banyak tersingkap di permukaan. Biasanya pada dasar pegunungan yang bagian atasnya tererosi. Batuan dari proses ini kebanyakan terfoliasi, menandakan tingginya tingkat tekanan diferensial (akibat gaya tekonik). Temperatur saat terjadi proses ini bervariasi, tergantung oleh kedalaman dan kehadiran badan magma. Kehadiran mineral indeks dapat menentukan tingkat tekanan dan temperatur proses rekristalisasi. Contohnya: schisthijau dan batuschist yang mengandung mineral klorit, aktinolit, dan plagioklas kaya sodium, terbentuk pada P & T lebih rendah; sedangkan amphibolit yang mengandung hornblende, plagioklas feldspar, dan terkadang garnet, terbentuk pada P & T lebih tinggi.
Macam-macam Batuan Metamorfisme
1.      Slate
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).
Asal                             : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna                          : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir                : Very fine grained
Struktur                       : Foliated (Slaty Cleavage)
Komposisi                   : Quartz, Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme : Rendah
Ciri khas                      : Mudah membelah menjadi lembaran tipis
2.      Filit
Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Asal                             : Metamorfisme Shale
Warna                          : Merah, kehijauan
Ukuran butir                : Halus
Stuktur                        : Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi                   : Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme : Rendah – Intermediate
Ciri khas                      : Membelah mengikuti permukaan gelombang
3.      Gneiss
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.
Asal                                   : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit
Warna                                : Abu-abu
Ukuran butir                      : Medium – Coarse grained
Struktur                             : Foliated (Gneissic)
Komposisi                         : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme       : Tinggi
Ciri khas                            : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan tipis kaya amphibole dan mika.
4.      Sekis
Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Asal                             : Metamorfisme siltstone, shale, basalt
Warna                          : Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir                : Fine – Medium Coarse
Struktur                       : Foliated (Schistose)
Komposisi                   : Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas                      : Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat kristal garnet
5.      Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
Asal                             : Metamorfisme batu gamping, dolostone
Warna                          : Bervariasi
Ukuran butir                : Medium – Coarse Grained
Struktur                       : Non foliasi
Komposisi                   : Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme : Rendah – Tinggi
Ciri khas                      : Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.

6.      Kuarsit
Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorfosis .
Asal                             : Metamorfisme sandstone (batupasir)
Warna                          : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir                : Medium coarse
Struktur                       : Non foliasi
Komposisi                   : Kuarsa
Derajat metamorfisme : Intermediate – Tinggi
Ciri khas                      : Lebih keras dibanding glass

7.      Milonit
Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
Asal                             : Metamorfisme dinamik
Warna                          : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru
Ukuran butir                : Fine grained
Struktur                       : Non foliasi
Komposisi                   : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas                      : Dapat dibelah-belah

8.      Filonit
Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate. Umumnya terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone. Filonit mirip dengan milonit, namun memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain itu, filonit merupakan milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika)
Asal                             : Metamorfisme Shale, Mudstone
Warna                          : Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman
Ukuran butir                : Medium – Coarse grained
Struktur                       : Non foliasi
Komposisi                   : Beragam (kuarsa, mika, dll)
Derajat metamorfisme : Tinggi
Ciri khas                      : Permukaan terlihat berkilau

9.      Serpetinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.
Asal               : Batuan beku basa
Warna            : Hijau terang / gelap
Ukuran butir  : Medium grained
Struktur         : Non foliasi
Komposisi     : Serpentine
Ciri khas        : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
10.  Hornfels
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Asal                             : Metamorfisme kontak shale dan claystone
Warna                          : Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir                : Fine grained
Struktur                       : Non foliasi
Komposisi                   : Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas                      : Lebih keras dari pada glass, tekstur merata

Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil erosi. sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, waluapun volumnya hanya sekitar 5% dari volum kerak bumi.
Klasifikasi Batuan Sedimen
Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan sedimen dapat digolongkan atas 3 bagain :
a.       Sedimen Aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. contohnya : gosong pasir, flood plain, delta, dan lain-lain.
b.      Sedimen Aeolis atau Aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin. contohnya : tanah loss, sand dunes.
c.       Sedimen Glassial, yaitu sedimen yang diendapkan oleh gletser. Contohnya morena, dan drumlin.
Materi partikel ada yang kasar dua ada yang halus cara pengangkutan bermacam-macam, ada yang terdorong (trection), terbawa secara melompat-lompat (saltion, terbawa dalam duspensi, ada pula yang (solution). Berdasarkan terbentuknya (lingkungan pengendapan ), batuan sedimen dibagi menjadi dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.       Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomit, napal, dan sebagainya.
b.      Sedimen darat (teristris/kontinen), prosesnya terjadi di darat, misalnya endapan sungai (aluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan sebagainya.
c.       Sedimen transisi, lokasi pembentukanya terletak antara darat dan laut, misalnya endapan delta dan endapan rawa-rawa (limnis).
Berdasarkan kedalamnya, laut dibagi menjadi beberapa zona (bathymetric zone), zona litoral, yaitu Zona Transisi yang terletak pada daerah pasang surut, Zona Epineritik, yaitu, dari batas daerah surut sampai kedalaman 50m, Zona Neritik (50-200m), Zona Bathial (200-2000m), dan Zona Abysal (>2000m).
Penggolongan batuan sedimen yang didasarkan pada cara pengendapannya, dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu :
a.       Sedimen Klastis
Kata clastik berasal dari bahas Yunani yaitu klatos yang artinya pecahan. Jadi, sedimen klastik adalah adalah akumulasi partikel-partikel yang berasal dari pecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang telah mati. Penamaan batuan ini um,umnya berdasarkan pada besar butirnya, yaitu sebagai berikut :
Ukuran butir >256 mm disebut boulder atau bongkah (bongkah konglomerat)
Ukuran butir 64-256 mm disebut cobble atau kerakal (karakal konglomerat)
Ukuran butir 4-64 mm) disebut pebble atau kerikil (kerikil konglomera)
Ukuran butir 2-4 mm disebut granule (batu pasir kasar)
Ukuran butir 1/16-2 mm disebut batu pasir
Ukuran butir 1/256-1/16 mm disebut batu lanau
Ukuran butir <1/256 mm disebut batu lempung
Beberapa betuan endapan kadang-kadang terbentuk dari bahan-bahan fosil. Dengan demikian suatu batuan yang ada fosil binatang jelas bukan merupakan batuan beku, melainkan batuan endapan.
b.      Sedimen Kimia
Batuan sedimen kimiawi yaitu yang terangkut dalam bentuk larutan kemudian diendapkan secara kimia di tempat lain. Endapan kimia juga berasal dari sumber air panas dan secara tiba-tiba mengalami pendinginan akan menghasilkan endapan oval (kalsit).
Contoh : Evaporasi dari air laut dan air danau, batuan sedimen kimiawi Batu tetes (Stalaktit & stalakmit), yang banyak dijumpai dari gua bawah tanah di daerah kapur.

CO2+ H2O
à H2CO3 ; H2CO3+ CaCO3 àCa (HCO3)2
________________________________________
Ca (HCO3)2 à CaCO3 + H2O + CO2
Lapisan garam, suatu lapisan yang terbentuk dari mineral-mineral halit / NaCl yang di endapkan di dasar laut atau dasar danau-danau garam karena penguapan.

HCL + NaOH → NaCL + H2O
c.       Sedimen Organik
Batuan sedimen organik /orgasen, yaitu batuan sediemn yang dibentuk atau diendapkan oleh organisme. Ciri-ciri batuan sedimen :
·        Pada umumnya berlapis-lapis
·        Lebih lunak, ringan dan berwarna terang
·        Tempat utama fosil.
Contoh: Batu bara terbentuk dari timbunan sisa-sisa tumbuhan di dasar danau
(rawa-rawa, berubah menjadi menjadi gambut, selanjutnya menjadi batu bara
muda/batu bara).
Pengangkutan dan pengendapan
Endapan diangkut melalui banyak cara. Mungkin meluncur pada suatu lereng bukit atau mungkin dibawa melalui angin, glacier atau oleh aliran air.Pada saat ini endapan dapat diangkut melalui peluncuran atau penggelindingan menuruni bukit, yang hasilnya berupa sebuah campuran partikel dengan berbagai ukuran.
Dalam proses pengangkutan partikel-partikel endapan melalui angin atau air, terjadi pengendapan ketika air mengalir atau pergerakan angin secara perlahan lahan menurun pada suatu kecepatan dimana partikel partikel tidak dapat bergerak lagi. Endapan kasar menunjukan endapan yang berasal dari angin atau air, endapan halus menunjukan bahwa endapan disebabkan oleh air dan angin yang bergerak secara perlahan ,atau hanya endapan halus yang tersedia untuk diangkut.Terdapatnya lautan kuno, pesisir, danau, sungai kecil, rawa dan tempat-tempat lainnya dimana endapan tersebut terakumulasi,dapat pula dijadikanpetunjuk tentang terdapatnya batuan endapan.
Diagenesis
Diagenesis merupakan suatu istilah yang dipergunakan untuk menyatakan terjadinya suatu perubahan (transformasi) betuk dari bahan deposit menjadi suatu batuan endapan.Calsium Carbonate adalah salah satu dari beberapa jenis semen, tetapi silikat juga dapat mengikat butiran secara bersama menjadi bentuk sebuah partikel yang keras.
Sifat Batuan Sedimen.
a.       Stratifikasi
Stratifikasi sdimen adalah hasil dari sebuah penyusunan lapisan partikel yang berupa endapan atau batuan endapan. Pelapisan merupakan suatu hal yang sangat penting pada batuanseimen, batuan vulkanik dan metamorf.
b.      Sortasi
Akibat yang menyolok dari pengangkutan partikel partikel oleh aliran air atau aliran angin adalah penyortiran terjadi akibat spesivic gravity (perbandingan anatara berat dari sebuah volume material terhadap berat dari volume satu kubik air). Partikel batuan dan butir-butiran mineral yang mempunyai sifat mudah pecah mungkin dapat diabaikan. Sedangkan yang tahan benturan akan terus terbawa oleh aliran. Pada umumnya yang dapat bertahan adlah kuarsa, hal ini dikarenakan kuarsa mempunyai sifat yang keras dan sedikit pecahannya.
c.       Lapisan Sejajar (paralel Starata)
Lapisan lapisan dari endapan dapat dibagi dalam 2 kelas didasarkan atas sifat sifat geometrik, yaitu : (1) Lapisan Sejajar dan (2) lapisan yang tidak sejajar/cross strata. Lapisan sejajar adalah lapisan yang sejajar antara satu dengan lainnya. Lapisan ini disebabkan oleh deposit air. Perubahan deposisi tersebut disebabkan adanya pasang surutnya air yang mengalir.
d.      Bentuk Silang (Cross Strata)
Bentuk silang adalah bentuk yang membengkok (cenderung miring) dengan kecenderungan menuju lapisan yang lebih tebal. Bentuk silang pada umumnya terlihat pada delta delta sungai, bukit bukit pasir, pantai pantai dan endapan sungai. Bentukan tersebut dapat terjadi jika terdapat lubang lubang pada lapisannya, sehingga akan di isi oleh deposit baru yang akan membentuk lapisan silang.
Manfaat Batuan Sedimen
a.       Untuk bahan dasar bangunan (gypsum)
b.      Untuk bahan bakar (batu bara)
c.       Untuk Pengeras jalan (batu gamping)
d.      Untuk Pondasi rumah (batu gamping)
e.       Dll.
Jenis-jenis Batuan Sedimen
a.       Breksi
Breksi memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter. Fragmen-fragmen ini bersifat runcing dan menyudut. Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya merupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi. Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batu gamping, dan lain-lain.
b.      Konglomerat
Konglomerat hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-256 milimeter dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain, hanya saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak membulat. Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang membulat
c.       Sandstone
Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.
QUARTZ SANDSTONE
Quartz sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari kuarsa.Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.
ARKOSE
Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan feldspar. Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya mengalami sedikit perubahan secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit butiran-butiran yang bersifat coarse karena jarak pengangkutan yang relatif pendek.
GRAYWACKE
Graywacke adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.
d.      Shale
Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila dipanasi menjadi plastis.
e.       Limestone
f.        Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Batu gamping dapat dibedakan menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.
CALCARENITE
Calcarenite memiliki ukuran butir 1/16 hingga 2 milimeter, batuan ini terdiri dari 50% atau lebih material carbonate detritus, yaitu material yang tersusun terutama atas fosil dan oolit.
CALCILUTIT
Calcilutite terbentuk jika ukuran butiran dari calcarenite berubah menjadi lebih kecil hingga kurang dari 1/16 milimeter yang kemudiaan mengalami litifikasi.
GAMPING TERUMBU
Batu Gamping terumbu terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu pada perairan yang hangat dan dangka.
f.        Saltstone
Saltstone terdiri dari mineral halite (NaCl) yang terbentuk karena adanya penguapan yang biasanya terjadi pada air laut. Tekstur dari batuan ini berbentuk kristalin.
g.       Gipsum
Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan Saltstone, batuan ini terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap. Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin.
h.       Coal
Coal atau batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi material yang berasal dari tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun. Teksturnya amorf, berlapis, dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon. Warna biasanya coklat kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik.
Batu bara terbentuk pada rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya mengandung sedikit oksigen. Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar rawa semakin lama semakin bertambah dan terakumulasi. Material tersebut lama-kelamaan terkubur oleh material di atasnya sehingga tekanannya bertambah dan air keluar, dan kemudian mengalami kompaksi menjadi batu-bara.
Sumber :
www. pendgeografiupi.co.cc
http://udhnr.blogspot.com
 

Popular Posts

Blog Archive

About