Kebutuhan Pakan Ikan Patin

Peran pakan sangat penting untuk meningkatkan produksi. Bila pakan yang diberikan hanya seadanya maka produksi yang dihasilkan tentu sedikit. Kandungan gizi pakan juga harus diperhatikan sehingga hasil ikan yang diperoleh maksimal Ikan sangat membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidup. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang kompleks. Pertumbuhan dan kemampuan mempertahankan hidup ikan dipengaruhi oleh perubahan pada kemelimpahan organisme yang menjadi makanannya. Fungsi utama makanan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan apabila ada kelebihan makanan maka dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Ikan patin termasuk omnivora atau golongan ikan pemakan segala. Pakan alami ikan patin merupakan menu utama selama tahap awal benih ikan. Jenis pakan alami yang umum dipakai adalah berupa ikan-ikan kecil, cacing, detritus, biji – bijian, artemia, udang kecil dan moluska (Delviana, 2011)

                                         Gambar 1. Pemberian pakan ikan patin
                                        Sumber : Sumberrejogudangikan.blogspot.com
Pakan yang biasa digunakan pada saat stadia larva hingga larva menjadi benih yang berukuran 19,05 mm adalah Artemia (Artemia salina) dan tubifex (Tubifex sp.). Artemia diberikan pada saat stadia larva hingga larva berumur lima hari. Kelebihan dari Artemia sebagai pakan alami adalah memiliki kandungan pigmen (canthaxanthin), protein, vitamin C, dan beberapa asam lemak penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva. Sedangkan pada budidaya patin tingkat pembesaran saat ini banyak dilakukan secara intensif yang memanfaatkan pakan buatan untuk memacu pertumbuhannya. Peningkatkan pertumbuhan pada ikan masih terus dilakukan dengan mengefisienkan pakan yang diberikan sehingga limbah budidaya diantaranya feses dan sisa pakan menurun. Beberapa penelitian menggunakan patin untuk memperoleh pertumbuhan, efisiensi pakan, komposisi daging yang diinginkan dengan menggunakan perbedaan komposisi lemak dan protein untuk memperoleh energi yang maksimal sehingga didapatkan hasil yang paling maksimal (Setiawati et al., 2013).
Menurut Handayani et al. (2014), pemberian pakan pada ikan patin dengan tingkat pemberian 10% dari bobot total ikan memberikan hasil laju pertumbuhan bobot harian yang tertinggi yaitu 4,11%. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang tersedia sudah mencukupi untuk pertumbuhan ikan. Semakin besar tingkat pemberian pakan yang diberikan semakin banyak pakan yang dikonsumsi sehingga mengakibatkan pertumbuhan ikan lebih cepat. Sedangkan pemberian pakan pada ikan patin dengan tingkat pemberian pakan 2,5% memberikan hasil laju pertumbuhan bobot harian terendah yaitu 2,22%, hal ini diduga disebabkan oleh sedikitnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Hal ini menunjukan bahwa pakan yang diberikan terlalu sedikit dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan, karena energi yang diperoleh benih lebih kecil daripada yang dipergunakan untuk pemeliharaan tubuh. Formulasi pakan yang diberikan kepada ikan patin haruslah sesuai dengan kebutuhan ikan baik dari komposisi pakan, jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan. 

Daftar Pustaka
Setiawati, Mia., D. Putri, dan D. Jusadi. 2013. Sintasan dan pertumbuhan larva ikan patin yang diberi Artemia mengandung vitamin C . Jurnal Akuakultur Indonesia, 12 (2): 136–143.
Delviana, Willy. 2011. Penetapan Kadar Kalium dan Natrium pada Pisang (Musa paradisiaca, L) Secara Spektofotometri Serapan Atom. [SKRIPSI]. Universitas Sumatera Utara

No comments:

Post a Comment

 

Popular Posts

Blog Archive

About