Air Limbah Perikanan mengandung
parameter BOD, COD, TSS, minyak dan lemak. Apabila keseluruhan parameter
tersebut dibuang langsung ke badan penerima, maka akan mengakibatkan pencemaran
air. Oleh karena itu sebelum dibuang ke badan penerima air, terlebih dahulu
harus diolah sehingga dapat memenuhi standart air yang baik. Pengolahan air
limbah perikanan ini juga termasuk pengolahan limbah secara biologis.
Pengolahan air limbah secara biologis
dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan kegiatan
mikroorganisme dalam air untuk melakukan transformasi senyawa-senyawa kimia
yang terkandung dalam air menjadi bentuk atau senyawa lain. Mikroorganisme
mengkonsumsi bahan-bahan organik membuat biomassa sel baru serta zat-zat
organik dan memanfaatkan energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk
metabolismenya. Adapun tujuan dari pengolahan air buangan secara biologis
adalah untuk menyisihkan atau menurunkan konsentrasi senyawa-senyawa organik
maupun anorganik dengan memanfaatkan berbagai mikroorganisme, terutama bakteri.
(Metcalf & Eddy, 1979)
Pengolahan biologis ini sangat
dipengaruhi oleh lingkungan biokimianya. Lingkungan biokimia ini dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok utama yaitu lingkungan aerob dan anaerob.
Lingkungan aerob adalah lingkungan dimana oksigen terlarut terdapat dalam
jumlah yang cukup sehingga tidak merupakan faktor pembatas di dalam prosesnya.
Pada lingkungan ini oksigen dapat bertindak sebagai akseptor elektron pada
metabolisme mikroba. Proses aerob sering digunakan dalam pengolahan air buangan
domestik dan non domestik khususnya perumahan dan pabrik. Pada pengolahan
biologi ini diperlukan pemeriksaan terhadap dua parameter, yaitu : COD dan BOD.
Salah satu proses biologi yang banyak
digunakan adalah proses lumpur aktif. Proses lumpur aktif merupakan proses
pengolahan air limbah secara biologis aerob yang melibatkan reaksi-reaksi
metabolik mikroba. Untuk mencapai kualitas “effluent” yang baik, substansi yang
ada dihilangkan dengan menggunakan mikroorganisme yang ada dalam lumpur aktif.
Zat organik yang terkandung dalam air buangan, berguna sebagai makanan dan
pertumbuhan sel baru. Reaksi yang terjadi adalah :
Zat organik + MO à
CO2 +
H2O
+ NH3 +
sel–sel baru
Proses Penambahan Oksigen (Aerasi)
Proses ini merupakan suatu usaha
penambahan konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air limbah, agar proses
oksidasi biologi oleh mikroba akan dapat berjalan dengan baik. Dalam prakteknya terdapat 2 cara untuk
menambahkan oksigen ke dalam air limbah, yaitu :
a. Memasukkan
udara ke dalam air limbah;
Yaitu proses memasukkan udara atau
oksigen murni ke dalam air limbah melalui benda porous atau nozzle. Nozzle
tersebut diletakkan di tengah– tengah sehingga akan meningkatkan kecepatan
kontak gelembung udara tersebut dengan air limbah, dan proses pemberian oksigen
akan berjalan lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada
dasar bak aerasi. Udara yang dimasukkan adalah berasal dari udara luar yang
dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan.
b. Memaksa
air ke atas untuk berkontak dengan oksigen
Adalah cara mengontakkan air limbah
dengan oksigen melalui pemutaran baling–baling yang diletakkan pada permukaan
air limbah. Akibat dari pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke atas dan
dengan terangkatnya maka air limbah akan mengadakan kontak langsung dengan udara
sekitarnya.
Pengolahan Limbah Cair dengan Proses
Fisik Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan
bahan dari campuran gas atau cair, bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh
permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan
tersebut. Berkat selektivitasnya yang tinggi, proses adsorpsi sangat sesuai
untuk memisahkan bahan dengan konsentrasi yang kecil dari campuran yang
mengandung bahan lain yang berkonsentrasi tinggi. (Handojo, Lienda. Dr. Ir,
M .Eng)
Kecepatan adsorpsi tidak hanya
tergantung pada perbedaan konsentrasi dan pada luas permukaan adsorben,
melainkan juga pada suhu, tekanan (untuk gas), ukuran partikel dan porositas
adsorben. Juga tergantung pada ukuran molekul bahan yang akan diadsorpsi dan
pada viskositas campuran yang akan dipisahkan (cairan, gas). (Handojo,
Lienda. Dr. Ir, M. Eng)
Pengolahan Limbah Cair dengan Proses
Fisik Filtrasi
Filtrasi merupakan proses penjernihan
atau penyaringan air limbah melalui media (pada penelitian ini digunakan batu
apung), dimana selama air melalui media akan terjadi perbaikan kualitas. Hal
ini disebabkan adanya pemisahan partikel-partikel tersuspensi dan koloid,
reduksi bakteri dan organisme lainnya dan pertukaran konstituen kimia yang ada
dalam air limbah.
Filtrasi adalah salah satu bentuk untuk
menghasilkan effluent limbah dengan efisiensi tinggi. Faktor yang perlu
diperhatikan untuk menjaga efisiensi filtrasi adalah :
a. Menghilangkan
partikulat dan koloidal yang tidak mengendap setelah flokulasi biologis atau
kimia.
b. Menaikkan
kehilangan suspensi solid, kekeruhan, phospor, BOD, COD, bakteri dan lain-lain.
c. Mengurangi
biaya desinfektan.
Dalam proses filtrasi terdapat kombinasi
antara beberapa proses yang berbeda. Proses-proses tersebut meliputi :
1.
Mechanical straining
Merupakan proses penyaringan partikel
tersuspensi yang terlalu besar untuk dapat lolos melalui ruang antara butiran
media.
2.
Sedimentasi
Merupakan proses mengendapnya partikel
tersuspensi yang berukuran lebih kecil dari lubang pori-pori pada permukaan butiran.
3.
Adsorpsi
Prinsip proses ini adalah akibat adanya
perbedaan muatan antara permukaan butiran dengan partikel tersuspensi yang ada
di sekitarnya sehingga terjadi gaya tarik-menarik.
4.
Aktifis kimia
Merupakan proses dimana partikel yang
terlarut diuraikan menjadi substansi sederhana dan tidak berbahaya atau diubah
menjadi partikel tidak terlarut, sehingga dapat dihilangkan dengan proses
penyaringan, sedimentasi dan adsorpsi pada media berikutnya.
5.
Aktifis biologi
Merupakan proses yang disebabkan oleh aktifitas
mikroorganisme yang hidup di dalam filter.
Dalam proses filtrasi juga terjadi
reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktor yang saling berkaitan yang akan
mempengaruhi kualitas air hasil filtrasi, efisiensi proses dan sebagainya,
faktor-faktor tersebut antara lain:
1.
Debit filtrasi
Untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan diperlukan keseimbangan antara debit filtrasi dan kondisi media
yang ada. Debit yang terlalu cepat akan menyebabkan tidak berfungsinya filter
secara efisien.
2.
Kedalaman, ukuran dan jenis media
Partikel
tersuspensi yang terdapat pada influent akan tertahan pada permukaan filter
karena adanya mekanisme filtrasi. Oleh karena itu, efisiensi filter merupakan
fungsi karakteristik dari filter bed, yang meliputi porositas dari ratio kedalaman
media terhadap
ukuran media. Tebal tidaknya media akan mempengaruhi lama pengaliran dan besar
daya saring. Demikian pula dengan ukuran (diameter) butiran media berpengaruh
pada porositas, rate filtrasi dan daya saring.
3.
Kualitas air limbah
Kualitas air
limbah akan mempengaruhi efisiensi filtrasi, khususnya kekeruhan. Kekeruhan
yang terlalu tinggi akan menyebabkan ruang pori antara butiran media cepat
tersumbat. Oleh karena itu dalam melakukan filtrasi harus dibatasi kandungan
kekeruhan dari air limbah yang akan diolah.
No comments:
Post a Comment