Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =
DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal sari suatu prosesdifusi dari udara bebas dan hasil
fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN, 2000).
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus,
gelombang dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air
laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin
tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi,
karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses
fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar
oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar
oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi
tergantungpada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan
dalam keadaan diam relative lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada
saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan
oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang
kekurangan oksigen terlarut (WARDOYO, 1978). Kandungan oksigen terlarut (DO)
minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa
beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup
mendukung kehidupan organisme (SWINGLE, 1968). Idealnya, kandungan oksigen
terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya
pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (HUET, 1970). KLH menetapkan bahwa
kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan
biota laut (ANONIMOUS, 2004).
Oksigen memegang peranan penting sebagai
indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses
oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga
menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobic atau anaerobik.
Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik
dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat
memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan
akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk
nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen
terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada
perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk
memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen
berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa
lain yang lebih sederhana dan tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti
mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun
rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya
yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan
umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya.
Tumbuhan air efektif meningkatkan kadar
oksigen dalam air melalui proses fotosintesis. Karbondioksida dalam proses
fotosintesis diserap dan oksigen dilepas ke dalam air. Menurut Boyd (1991) dalam
Izzati (2002), proses fotosintesis mempunyai manfaat penting dalam
akuakultur, di antaranya adalah menyediakan sumber bahan organik bagi tumbuhan
itu sendiri serta sumber oksigen yang digunakan oleh semua organisme dalam
ekosistem perairan. Pengendalian jenis dan jumlah tumbuhan akuatik merupakan
salah satu cara untuk mengelola ekosistem perairan.
Menurut Effendi (2003) sumber oksigen
terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan
aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air. Proses respirasi tumbuhan air dan
hewan serta proses dekomposisi bahan organik dapat menyebabkan hilangnya
oksigen dalam suatu perairan. Selain itu, peningkatan suhu akibat semakin
meningkatnya intensitas cahaya juga mengakibatkan berkurangnya oksigen.
Meningkatnya suhu air akan menurunkan kemampuan air untuk mengikat oksigen,
sehingga tingkat kejenuhan oksigen di dalam air juga akan menurun. Peningkatan
suhu juga akan mempercepat laju respirasi dan dengan demikian laju pengunaan
oksigen juga meningkat (Afrianto dan Liviawati, 1992). Peningkatan suhu sebesar
1°C meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10% (Effendi, 2003). Menurut Boyd
(1990) konsumsi oksigen dilakukan oleh semua organisme melalui proses respirasi
dan perombakan bahan organik.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
kapasitas produksi dan konsumsi oksigen beberapa spesies tumbuhan air. Tumbuhan
air yang akan diuji diantaranya Hydrilla verticillata Royle,
Ceratophyllum demersum, Eichhornia crassipes Solms, Salvinia molesta All,
dan Lemna minor.
Dinamika oksigen terlarut dalam
ekosistem perairan ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dan konsumsi
oksigen. Tumbuhan akuatik merupakan faktor yang penting dalam menentukan
keseimbangan oksigen dalam ekosistem perairan. Menurut Boyd (1990) produksi
oksigen berlangsung melalui proses fotosintesis oleh komunitas autotrof,
sedangkan konsumsi oksigen dilakukan oleh semua organisme melalui proses
respirasi dan perombakan bahan organik.
Tumbuhan akuatik lebih menyukai
karbondioksida sebagai sumber karbon dibandingkan dengan bikarbonat dan
karbonat. Bikarbonat sebenarnya dapat berperan sebagai sumber karbon. Namun, di
dalam kloroplas bikarbonat harus dikonversi terlebih dahulu menjadi
karbondioksida dengan bantuan enzim karbonik anhidrase (Effendi, 2003). Energi
matahari diserap oleh klorofil dan digunakan untuk menguraikan molekul air,
membentuk gas oksigen dan mereduksi molekul NADP menjadi NADPH (Sutarmi dkk,
1983).
Menurut Effendi (2003) sebagian besar
oksigen dalam perairan dihasilkan oleh proses fotosintesis tumbuhan air dan
fitoplankton. Akan tetapi, sebagian besar oksigen tersebut digunakan untuk
respirasi fitoplankton. Perairan dangkal suplai oksigen didominasi oleh tanaman
tepi, makrofita dan alga bentik. Jenis dan kelimpahan tanaman merupakan faktor
penting yang mempengaruhi fotosintesis (Boyd, 1990). H. verticillata dapat
menggunakan CO2 bebas yang tersedia di sekitar perairan dan dapat juga
memanfaatkan bikarbonat ketika berada pada kondisi tertentu, yaitu pH tinggi,
dan konsentrasi karbonat tinggi. Kondisi tersebut disebabkan karena
produktivitas perairan dan proses fotosintesis yang tinggi (Salvucci dan Bowes,
1983). Fotosintesis pada C. demersum terjadi pada cakupan suhu 10-30 oC
dan mencapai maksimal pada suhu 20 oC. Aktivitas fotosintesis C. demersum dapat
diukur dari berat kering, dimana berat kering paling tinggi terdapat pada daun
yang pertama kali dewasa.
Menurut Spencer dan Wetzel (1993)
respirasi C. demersum dapat meningkatkan konsentrasi CO2 dalam suatu
perairan. Tanaman enceng gondok dapat meningkatnya evapotranspirasi melalui
daunnya yang lebar serta pertumbuhannya cepat, menyebabkan menurunnya jumlah
cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan berkurangnya tingkat
kelarutan oksigen dalam air. Daun S. molesta yang berbentuk kanopi
menyebabkan cahaya yang dapat diserap oleh daun hanya 88 % saja (Sale et al,
1985). Menurut Widyastuti, dkk (2008) S. molesta tergolong dalam
tumbuhan air yang muncul di atas permukaan, sehingga oksigen hasil fotosintesis
dilepas ke udara. Salah satu faktor penting dalam fotosintesis dan respirasi L.
minor adalah adanya unsur fosfor serta kalium membantu kerja enzim yang
berperan dalam fotosintesis dan respirasi.
Sumber
Edahwati, L. dan
Suprihatin.Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, dan Filtrasi Pada Pengolahan Air
Limbah Industri Perikanan. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 1(2) : 79-83
Puspitaningrum,
M., M. Izzati, S. Haryanti.2012.Produksi dan Konsumsi Oksigen Terlarut oleh
Beberapa Tumbuhan Air. Jurnal Anatomi dan Fisiologi, 20 (1) : 47-55
Salmin.2005.Oksigen
Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator
Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana, 30 (3) : 21-26
No comments:
Post a Comment