Potensi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

Beberapa upaya pengembangan Ikan Bawal Bintang telah dilakukan di Balai Budidaya Air Laut di Indonesia (Juniyanto et al., 2008; Putro et al., 2008; Harjono, 2010). Diversifikasi media budidaya dari air laut ke air payau juga merupakan salah satu teknik yang berpotensi dikembangkan untuk meningkatkan produksi ikan. Teknik diversifikasi media budidaya pernah dilakukan sebelumnya pada ikan Trachinotus carolinus dan Trachinotus marginatus (Gothreaux, 2008; Costa et al., 2008). Bahkan Trachinotus carolinus dilaporkan telah dapat dibudidayakan di tambak bersalinitas rendah (19-12 ppt) dan tahan terhadap perubahan mendadak dari media air bersalinitas 32 ppt ke 19 ppt (McMaster et al., 2005; McMaster et al., 2006), sehingga Ikan Bawal Bintang ini memiliki potensi untuk dibudidayakan di salinitas rendah, terlebih ikan yang digunakan untuk uji coba adalah ikan juvenil. Juvenil adalah fase dimana secara morfologi, fisiologi, dan ekologi telah mirip dengan fase dewasa namun belum reproduktif (Bishop et al., 2006). Spesies yang berkerabat dekat yaitu ikan bawal Florida (Trachinotus carolinus), fase juvenil memiliki kisaran toleransi yang 2 cenderung lebih luas daripada ikan dewasa (Groat, 2002) sehingga akan lebih mudah dalam perekayasaan salinitasnya, sehingga dalam penelitian ini dipilih Ikan Bawal Bintang umur juvenil untuk dipelihara dalam salinitas lebih rendah daripada air laut.
Pertumbuhan ditinjau dari pertambahan biomassa individu ikan merupakan salah satu komponen penting untuk mengukur keberhasilan perikanan (Bone and More, 2008). Perlakuan salinitas yang lebih rendah daripada air laut selain memberi keuntungan pada peningkatan produksi juga berpotensi dapat meningkatkan efisiensi metabolisme ikan sehingga diduga dapat meningkatkan biomassa individu. Hal ini didasarkan pada pernyataan Bone and More (2008) bahwa untuk mempertahankan sistem osmoregulasinya, ikan membutuhkan setidaknya 25 hingga 50% dari total energinya. Ikan akan mengkonversi pakan yang dikonsumsinya menjadi biomassa jika terdapat kelebihan nutrisi setelah digunakan untuk metabolisme dasar (seperti osmoregulasi). Sebagai sumber protein hewani, untuk mendukung nilai ikan, selain pengukuran biomassa individu juga perlu dilakukan analisa kandungan nutrisi termasuk protein (Sari et al., 2008).
Menurut Pramono (2007) protein merupakan nutrien terbesar bagi tubuh ikan. Selain itu kebutuhan manusia akan protein juga banyak didapatkan dari ikan. Menurut Badan Pusat Statistik melalui survei sosial ekonomi nasional (2009) protein yang berasal dari ikan memiliki kontribusi sebesar lebih dari 65% pada tahun 2008 dan 2009 dibandingkan dengan protein hasil konsumsi bukan ikan. Hal ini menjadi bukti bahwa protein ikan memberi kontribusi besar untuk mencukupi kebutuhan protein masyarakat. Mengacu pada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian pengaruh salinitas terhadap kandungan protein dan pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)).

No comments:

Post a Comment

 

Popular Posts

Blog Archive

About