Sistem Aquaponik

Akuaponik adalah kombinasi antara akuakultur dengan hidroponik yang menghasilkan simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan. Akuakultur merupakan budidaya ikan, sedangkan hidroponik adalah budidaya tanaman tanpa tanah yang berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilles. Akuaponik memanfaatkan secara terus menerus air dari pemeliharaan ikan ke tanaman ke kolam ikan. Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem re-sirkulasi. Sistem teknologi akuaponik ini muncul sebagai jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit. Akuaponik merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran. Kegiatan budidaya di perkotaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan lahan. Terbatasnya lahan produksi pangan (pertanian-perikanan) telah mendorong budidaya pertanian-perikanan dilahan sempit/wadah yang terbatas. Menurut Putra et al. (2013) Akuaponik merupakan salah satu cara mengurangi pencemaran air yang dihasilkan oleh budidaya ikan dan menjadi salah satu alternatif mengurangi jumlah pemakaian air yang dipakai oleh sistem budidaya. Teknologi akuaponik merupakan alternatif yang dapat diterapkan dalam rangka pemecahan keterbatasan air. Disamping itu teknologi akuaponik juga mempunyai keuntungan lainnya berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan memperbesar keuntungan para peternak ikan.
Menurut Zidni et al. (2013), inovasi teknologi diperlukan untuk mengantisipasi penurunan produksi akuakultur akibat penyusutan lahanbudidaya dan penurunan kualitas perairan. Inovasi teknologi tersebut diharapkan mampu mengurangi limbah dan meningkatkan produktifitas persatuan luas lahan budidaya. Salah satu inovasi teknologi yang diterapkan yaitu budidaya ikan yang terintegrasi dengan tanaman melalui sistem akuaponik (Diver 2006). Teknologi akuaponik terbukti mampu berhasil memproduksi ikan secara optimal pada lahan sempit dan sumber air terbatas, termasuk di daerah perkotaan.

Sistem Aerasi

Menurut Hernawati dan Suantika (2007), penyuplai oksigen (aerator) yang berfungsi untuk mempertahankan kadar oksigen terlarut dalam air agar tetap tinggi. Seminggu sebelum digunakan, air terlebih dahulu ditampung dan diberi aerasi terus menerus untuk menambah kandungan oksigen terlarut, menghilangkan klorin dan gas-gas beracun lainnya dari dalam air.
Hasil penelitian sebelumnya menujukan bahwa pemberian aerasi dengan menggunakan air compressor dengan sumber energy fosil (BBM) dengan kekuatan tekanan minimal 8 kg/cm2 menunjukkan bahwa oksigen terlarut meningkat 40% dibandingkan tanpa adanya aerasi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa peningkatan konsentrasi oksigen sebesar ini meningkatkan pertumbuhan ikan sebesasr 6,3% (Zaidah et al., 2015)

Kangkung Air

Kangkung air merupakan tanaman air yang banyak tumbuh pada saluran buangan limbah cair sekitar pemukiman. Tanaman ini memiliki daya adaptasi yang cukup luas karena dapat hidup pada berbagai kondisi iklim dan di berbagai habitat. Kangkung air termasuk salah satu tanaman yang mudah menyerap logam berat dari media tumbuhnya. Dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga tanaman ini banyak dikonsumsi, dapat tumbuh dengan baik pada perairan yang tidak terlalu dalam ataupun selokan. Sejauh ini masih banyak masyarakat yang memanfaatkan sayuran yang tumbuh di selokan untuk dikonsumsi, padahal selokan merupakan buangan limbah cair rumah tangga (Lestari, 2013).
Kangkung air dapat mengurangi pencemaran limbah roti, tekstil dan obat-obatan. Tanaman air khususnya kangkung merupakan tanaman yang dapat memanfaatkan kandungan nutrient buruk suatu perairan untuk dimanfaatkan dalam proses hidupnya. Tumbuhan air dapat menghasilkan oksigen dan menyerap nutrient yang masuk ke perairan seperti nitrogen dan fosfor. kangkung air mampu mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara fitoremediasi terhadap orthopospat yang terkandung pada detergen serta, pengelolaan terhadap perairan yang terjadi eutrofikasi akibat pengkayaan unsur orthopospat (Rosita et al., 2013).

Manajemen Pemberian Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya tersebut disamping kualitas air. Pakan dalam kegiatan budidaya ikan sangat dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh dan berkembang.   Untuk menghasilkan pertumbuhan yang optimal sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan pengetahuan tentang cara pengelolaan pemberian pakan yang baik. Cara pengelolaan pemberian pakan atau yang lebih dikenal dengan manajemen pemberian pakan di dalam suatu usaha budidaya. Program pemberian pakan pada budidaya bawal air tawar merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan. Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting untuk kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik (Adiwidjaya et al, 2005).
Dalam manajemen pemberian pakan ada 6 faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1)      Feeding frekuensi
Frekuensi pemberian pakan adalah jumlah pemberian pakan per satuan waktu, misalnya dalam satu hari pakan diberikan tiga kali. Pada ukuran larva frekuensi pemberian pakan harus tinggi karena laju pengosongan lambungnya lebih cepat, dan dengan semakin besarnya ukuran ikan yang dipelihara maka frekuensi pemberian pakannya semakin jarang. Laju evakuasi pakan didalam lambung atau pengosongan lambung ini tergantung pada ukuran dan jenis ikan kultur, serta suhu air (Effendi, 2003). Untuk ikan Bawal, satu sampai tiga hari setelah tebar pakan diberikan empat kali dalam sehari dan setelah itu tiga kali.
2)      Feeding time
Feeding time atau waktu pemberian pakan adalah waktu yang tepat untuk melakukan pemberian pakan pada setiap jenis ikan. Waktu pemberian pakan ini juga sangat khas untuk setiap jenis ikan. Waktu pemberian pakan ikan bawal aktif mencari makan pada saat siang hari (diurnal) sehingga waktu pemberian pakan di utamakan pada siang 30 % pagi , sore dan 40 % siang hari,  jika di ukur dari feeding periodicity yaitu daya tampung dari lampung ikan kisaran pada 4 – 5 jam lambung kosong pemberian pakan 3 kali sehari .
3)      Feeding behaviour
Feeding behaviour adalah tingkah laku ikan tersebut dalam lingkungan hidupnya biasanya ikan mempunyai 3 macam yaitu ikan yang hidupnya di bawah permukaan air / dasar permukaan , di tengah – tengah permukaan dan di atas permukaan air. Dalam hal ini dapat ditentukan untuk pakan yang digunakan dalam kegiatan budidaya. Ikan bawal berada pada permukaan air sehingga pakan yang digunakan dengan menggunakan pakan terapung.
4)      Feeding habits
Feeding habits adalah kebiasaan ikan tersebut dalam memakan makanan dan biasanya di kelompokan menjadi 3 yaitu omnivora (tumbuhan dan daging), herbivora (tumbuhan) dan karnivora (daging).  Ikan bawal merupakan ikan yang memakan segalanya yaitu mampu memakan jenis makanan nabati dan hewani.
5)      Feeding level
Feeding level adalah daya cerna (digestible) dan metaboliszible praksi dr ransum akan menurun dengan meningkatnya ransum yg dikonsumsi. nilai rata2 dr metabolizability ransum 40 – 85 %. Dikarenakan ikan bawal omnivore mempunyai metabolizability 80 % jika dia di beri pakan hewani. .

Daftar Pustaka
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta.Kanisius

Manajemen Budidaya

a.       Padat tebar
Padat penebaran merupakan jumlah (biomassa) benih yang ditebarkan per satuan luas atau volume. Peningkatan padat penebaran dapat dilakukan sampai batas tertentu bergantung pada jenis ikan yang dibudidayakan yaitu berdasarkan umur dan ukuran masing-masing individu serta metode atau sistem budidaya yang digunakan. Kepadatan ikan yang semakin tinggi dapat menyebabkan semakin banyak masalah yang timbul, seperti serangan penyakit, memburuknya kualitas air, terjadinya kompetisi dalam mengambil pakan yang pada akhirnya dapat menimbulkan kanibalisme. Pada kondisi kepadatan ikan yang tinggi, maka ketersediaan oksigen untuk setiap individu makin berkurang, sedangkan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan makin tinggi (Syauqi, 2009).
b.      Manajemen Kualitas air
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar kualitas air di kolam terpal tetap stabil, antara lain :
1)      Menggunakan Sekam/Pelepah Pisang
Dasar dan dinding kolam dilapisi sekam padi atau pelepah pisang.pada saat membuat kolam terpal ,sebelum terpal di pasang, dasar kolam di taburi sekam padi atau pelepah pisang setinggi sekitar 10 cm. Setelah terpal di gelar, bagian sisi (antara dinding dan terpal) juga sekam. Cara ini efektif untuk stabilisasi suhu kolam pada musim kemarau, setelah kolam tepal diisi air sesuai dengan kebutuhan, di taburi garam 200 g/meter kubik untuk membunuh patogen. Setelah itu, kolam dituangi pupuk organik katalis plankton sesuai dosis. Cara lain yang dapat dilakukan adalah, setelah kolam diisi air, permukaan air kemudian diberi tumpukan daun pepaya atau ketepeng yang dibiarkan selama 5—7 hari. Daun pepaya berfungsi sebagai antiseptik.
2)       Menjaga Kebersihan Kolam
Sisa pakan dan kotoran ikan serta plankton yang mati akan menumpuk di dasar kolam. Jika tidak dikeluarkan, selain akan menurunkan kualitas air, juga menjadi tempat yang subur bagi perkembangan penyakit. Cara membersihkan dasar kolam adalah dengan melakukan sifon setiap 10—20 hari sekali pada kegiatan pendederan dan 20—30 hari sekali pada kegiatan pembesaran.
Penyiponan dilakukan dengan menggunakan slang. Salah satu ujung slang dimasukkan ke dalam kolam, sedangkan ujung yang lainnya diletakkan di tempat yang lebih rendah dan dasar kolam, kemudian sedot hingga air kolam mengalir. Sementara itu, ujung slang di dalam kolam digeser/digerak-gerakkan hingga endapan kolam tersedot ke luar bersama air dasar kolam. Hal mi dilakukan di seluruh bagian kolam hingga air yang keluar tidak mengandung endapan lagi. Jika sudah berpengalaman, sifon hanya mengeluarkan air 20—30 cm. Setelah itu, air kolam ditambah dengan air baru hingga ketinggiannya seperti semula.
Jika sifon terlambat dilakukan, sementara tumpukan kotoran di dasar kolam sangat banyak, ikan akan muncul di permukaan kolam karena kekurangan oksigen, sementara di dasar kolam terjadi penumpukan amonia dan nitrit. Lama-kelamaan ikan akan teler dan lemas.
3)      Menggunakan Aerator/Blower
Jika kandungan oksigen di dalam kolam sangat rendah atau kurang dan 3 ppm (part per million), dapat digunakan aerator atau blower untuk menyuplai oksigen ke dalam perairan kolam, terutama untuk kegiatan pendederan.
4)      Meningkatkan Protein Pakan
Meningkatkan protein pakan bukan untuk menjaga kualitas air, tetapi menyuplai energi pada ikan agar bisa bertahan pada kondisi air yang ekstrem, terutama fluktuasi suhu yang besar pada siang dan malam hari. Pakan BAT dianggap sudah mencukupi jika mengandung protein 25 %. Bahkan pakan dengan kandungan protein 25 % sudah dapat memacu pertumbuha BAT.
Untuk meningkatkan ketahanan ikan pada musim kemarau, protein pakan ditingkatkan hingga 27—30 %. Kandungan protein 25 % sudah optimal untuk memacu pertumbuhan BAT, namun energi BAT terkuras pada saat musim kemarau, karena itu kelebihan protein digunakan BAT untuk pertumbuhan.
5)      Menggunakan Tanaman Pelindung
Tanaman pelindung dibutuhkan karena berfungsi melindungi ikan dan tenik sinar matahani, penyuplai oksigen di siang hari, juga sebagai penyedia makanan tambahan bagi ikan. Tanaman juga berfüngsi untuk mengisap/menyerap kotoran di dalam air.
Jenis tanaman pelindung yang dapat digunakan adalah eceng gondok dan apu-apu. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu dan tanaman tersebut. Jumlah tanaman di dalam kolam dibatasi hanya sepentiga bagian dan luas permukaan air kolam. Pertumbuhan eceng gondok harus dibatasi dan dikurangi secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhan tanaman di dalam kolam, maka diberi pembatas berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada ujungnya.
Pembatasan tanaman dilakukan selain supaya tanaman tampak rapi, juga supaya sinar matahari dapat masuk ke dalam kolam. Sinar matahari diperlukan untuk fotosintesis di dalam air yang dapat menyuplai oksigen. Pembatasan tanaman juga dilakukan karena pada malam hari tanaman ini menyerap oksigen sehingga dapat berkompetisi dengan ikan budi daya.

Daftar Pustaka
Syauqi, Alfi. 2009. Kelangsungan Hidup Benih Bawal Air Tawar Colossoma Macropomum Cuvier. pada Sistem Pengangkutan Tertutup dengan Padat Penebaran 43, 86 Dan 129 Ekor/Liter

Pengertian Mikroorganisme Akuatik

Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan tidak dapat terlihat oleh mata telanjang sehingga diperlukan alat bantu untuk melihatnya. Mikroorganisme banyak terdapat pada daratan dan perairan. Mikroorganisme akuatik merupakan hewan maupun tumbuhan berukuran mikroskopis yang hidup dan berkembang di dalam air atau perairan. Mikroorganisme perairan memiliki peranan penting di dalam perairan dan jumlahnya sangat berlimpah.  Mikroorganisme sendiri memiliki peranan yang penting dan dominan di dalam perairan karena jumlah dan kemampuannya untuk mensintesis senyawa kimia. Mikroorganisme perairan mempunyai kemampuan untuk menguraikan bahan-bahan organik di dalam perairan dan tanah dasar perairan secara tepat mengubahnya menjadi bahan-bahan anorganik dalam bentuk nutrien yang berguna bagi tumbuhan hijau dalam air. Mikroorganisme juga memiliki dampak negataif bagi biota perairan kareana diantara mikroorganisme tersebut terdapat banyak mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Menurut Sutiknowati (2014), bakteri adalah mikroorganisme yang dapat memiliki arti penting bagi perairan budidaya laut maupun perairan budidaya air tawar. Namun disisi lain, bakteri dapat menyebabkan penyakit yang dapat merugikan dan menjadi indikator pencemar. Salah satu parameter penunjang keberhasilan budidaya air laut (tambak) maupun budidaya air tawar adalah kondisi bakteriologis di dalam perairan budidaya tersebut.
Mikroorganisme perairan meliputi tumbuhan dan hewan yang bersifat mikroskopis atau kecil dapat digolongkan sebagai mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, mikroalgae, protozoa, metazo kecil, dan virus. Mikroorganisme perairan ini memainkan peran dominan di dalam aktivitas kehidupan perairan. Misalnya tumbuhan berperan penting dalam proses fotosintesa dalam air serta dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk ikan. Selain itu, mikroorganisme dapat pula memiliki dampak negatif pada manusia karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dari penyakit ringan bahkan yang mematikan. Menurut Said dan Marsidi (2005), beberapa mikroorganisme mungkin dapat menyebabkan penyakit terhadap manusis. Organisme tersebut antara lain bakteria, fungi, protozoa, metazoa, dan virus.

Daftar Pustaka
Said, Nusa Idaman, dan R. Marsidi, 2005. Mikroorganisme Patogen dan Parasit Didalam Air Limbah Domestik Serta Alternatif Teknologi Pengolahan. JAI, 1(1) : 65-81
Sutiknowati, Lies Indah. 2014. Kualitas Perairan Tambak Udang Berdasarkan Parameter Mikrobiologi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 6(1) : 157-170

Potensi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

Beberapa upaya pengembangan Ikan Bawal Bintang telah dilakukan di Balai Budidaya Air Laut di Indonesia (Juniyanto et al., 2008; Putro et al., 2008; Harjono, 2010). Diversifikasi media budidaya dari air laut ke air payau juga merupakan salah satu teknik yang berpotensi dikembangkan untuk meningkatkan produksi ikan. Teknik diversifikasi media budidaya pernah dilakukan sebelumnya pada ikan Trachinotus carolinus dan Trachinotus marginatus (Gothreaux, 2008; Costa et al., 2008). Bahkan Trachinotus carolinus dilaporkan telah dapat dibudidayakan di tambak bersalinitas rendah (19-12 ppt) dan tahan terhadap perubahan mendadak dari media air bersalinitas 32 ppt ke 19 ppt (McMaster et al., 2005; McMaster et al., 2006), sehingga Ikan Bawal Bintang ini memiliki potensi untuk dibudidayakan di salinitas rendah, terlebih ikan yang digunakan untuk uji coba adalah ikan juvenil. Juvenil adalah fase dimana secara morfologi, fisiologi, dan ekologi telah mirip dengan fase dewasa namun belum reproduktif (Bishop et al., 2006). Spesies yang berkerabat dekat yaitu ikan bawal Florida (Trachinotus carolinus), fase juvenil memiliki kisaran toleransi yang 2 cenderung lebih luas daripada ikan dewasa (Groat, 2002) sehingga akan lebih mudah dalam perekayasaan salinitasnya, sehingga dalam penelitian ini dipilih Ikan Bawal Bintang umur juvenil untuk dipelihara dalam salinitas lebih rendah daripada air laut.
Pertumbuhan ditinjau dari pertambahan biomassa individu ikan merupakan salah satu komponen penting untuk mengukur keberhasilan perikanan (Bone and More, 2008). Perlakuan salinitas yang lebih rendah daripada air laut selain memberi keuntungan pada peningkatan produksi juga berpotensi dapat meningkatkan efisiensi metabolisme ikan sehingga diduga dapat meningkatkan biomassa individu. Hal ini didasarkan pada pernyataan Bone and More (2008) bahwa untuk mempertahankan sistem osmoregulasinya, ikan membutuhkan setidaknya 25 hingga 50% dari total energinya. Ikan akan mengkonversi pakan yang dikonsumsinya menjadi biomassa jika terdapat kelebihan nutrisi setelah digunakan untuk metabolisme dasar (seperti osmoregulasi). Sebagai sumber protein hewani, untuk mendukung nilai ikan, selain pengukuran biomassa individu juga perlu dilakukan analisa kandungan nutrisi termasuk protein (Sari et al., 2008).
Menurut Pramono (2007) protein merupakan nutrien terbesar bagi tubuh ikan. Selain itu kebutuhan manusia akan protein juga banyak didapatkan dari ikan. Menurut Badan Pusat Statistik melalui survei sosial ekonomi nasional (2009) protein yang berasal dari ikan memiliki kontribusi sebesar lebih dari 65% pada tahun 2008 dan 2009 dibandingkan dengan protein hasil konsumsi bukan ikan. Hal ini menjadi bukti bahwa protein ikan memberi kontribusi besar untuk mencukupi kebutuhan protein masyarakat. Mengacu pada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian pengaruh salinitas terhadap kandungan protein dan pertumbuhan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)).

Morfologi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)

Tubuh ikan bawal tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara vertikal, bawal memiliki bentuk tubuh pipih(compressed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4:1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan lele atau grass carp, tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, di mana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada ikan bawal dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri khusus ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) (Effendi, 2003).
Kepala ikan bawal bintang (Colossoma macropomum) berukuran kecil yang terletak di ujung kepala tetapi agak sedikit ke atas. Bawal memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan sebuah jari-jari tegak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainnya lemah. Sirip punggung pada ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) terletak agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah tetapi berbentuk cagak (Arie, 2004).
Linea Lateralis (LL) yang dihitung adalah sisik berpori atau gurat sisik atau linea lateralis. Bentuk deretan dan jumlah sisik tersebut tidak sama untuk    masing–masing spesies ikan. Sisik linea lateralis dihitung dari depan (dekat kepala) kearah ekor. Jika linea lateralis suatu jenis ikan tidak lurus seperti pada ikan kue (carangidae), maka jumlahnya tetap dihitung mengikuti arah gurat sisik yang berbelok tersebut. Jika bentuk linea lateralis terbagi dua seperti ikan buntal, maka dihitung dulu bagian pertama, kemudian bagian kedua yang arahnya lebih kebelakang. Jika ikan mempunyai gurat sisik yang banyak seperti ikan belanak, maka dihitung satu garis saja diambil yang garisnya terletak di tengah (Kordi, 2011).

Klasifikasi Ikan Bawal

Klasifikasi ikan bawal (Colossoma macropomum) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum          : Chordata
Subfilum     : Craniata
Kelas         : Pisces
Subkelas    : Neopterigii
Ordo          : Cypriniformes
Subordo     : Cyprinoidea
Famili         : Characidae                  
Genus         Colossoma
Species      Colossoma macropomum 
Ikan bawal air tawar merupakan ikan yang umum dijumpai di Indonesia dan banyak di gemari oleh masyaratak karena memiliki daging yang enak dan empuk meskipun memiliki banyak duri. Harga ikan bawal juga cukup tinggi sehingga dapat dijadikan salah satu komoditas untuk budidaya.

Biologi Ikan Bawal Air Tawar

Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba. Ikan bawal sebenarnya masih cukup baru diperkenalkan di industri perikanan tanah air, namun karena hasil penyebarannya mendapat respon dari para petani ikan, jumlah konsumsi ikan bawal semakin hari semakin meningkat. Ikan bawal memiliki rasa daging yang gurih dan enak, meski cukup banyak duri pada dagingnya. Sebagai ikan konsumsi ikan ini sekarang menjadi alternatif baru (Azam et al., 2010). Ikan bawal air tawar dijadikan sebagai pilihan karena memiliki harga yang relatif murah dan lebih terjangkau oleh masyarakat, mudah dalam pembudidayaan dan memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi (Anggraini, 2002). Pertumbuhan ikan merupakan pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu waktu. Pertumbuhan dapat juga dikatakan sebagai proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu ialah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) berasal dari makanan. Seperti kita ketahui bahan yang berasal dari makanan tersebut akan digunakan tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang tidak terpakai (Effendi, 2002). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi faktor genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang berhubungan dengan lingkungan. Faktor lingkungan yang paling penting adalah zat hara. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolik serta ketersediaan pakan dan penyakit (Irawan et al., 2009).

Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele

Tingkat kelangsungan hidup suatu populasi ikan merupakan nilai persentase jumlah ikan yang berpeluang hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) akan sangat menentukan produksi yang akan diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara. Ikan lele dapat hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi (pada suhu 24o C – 26o C). Apabila suhu tempat hidup terlalu dingin, misalnya di bawah 20o C, pertumbuhannya agak lambat. Suhu air akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan kelarutan gas-gas perairan. Kenaikan suhu perairan akan diikuti oleh kenaikan derajat metabolisme serta meningkatnya kebutuhan ikan akan O2 (Najiyati, 1992).
Menurut Aquarista et al. (2012), tingkat pemeliharaan ikan lele dengan padat tebar yang tinggi dan manajemen pakan yang kurang baik akan membuat kondisi air di kolam akan buruk. Karena terjadi penumpukan bahan-bahan organik yang bersifat toksik bagi lele. Dampak toksik akan menimbulkan gajala stress, menurunkan nafsu makan, timbulnhya berbagai macam penyakit dan pada akhirnya akan menimbulkan kematian pada ikan lele.

Permasalahan yang Dihadapi dan Pemecahan Masalah Pada Usaha Budidaya Ikan Tomat dalam Kolam tanah

Dalam kegiatan budidaya ikan toman di kolam tanah tentunya memiliki hambatan atau kendala yang di hadapi selama kegiatan budidaya berlangsung. Kendala tersebut dapat berupa kendala teknis maupun kendala pada ikan itu senditi. Permasalahan yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan toman pada kolam tanah antara lain adalah : 
1. Kurangnya pengetahuan dari pembudidaya ikan tentang pasar ada pembudidaya yang menjual pada saat harga turun akibat banyaknya stok ikan/musim ikan sehingga keuntungan menurun bahkan merugi. Untuk dapat mengatasi hal tersebut hendaknya pembudidaya ikan bisa melakukan ekspektasi musim ikan, survey harga, melakukan pengolahan ikan (abon atau ikan kering) dan koordinasi dengan pembudidaya ikan tentang harga ikan toman.
2. Ketersediaan ikan hidup untuk pakan yang bersifat musiman. Untuk mengatasi hal tersebut hendaknya pembudidaya ikan mencari pakan alternatif yang lebih terjangkau dan mudah seperti keong mas.
3. Ketersediaan benih ikan yang biasanya berasal dari hasil tangkapan di alam. Untuk mengatasinya adalah adanya balai benih ikan lokal dan melakukan pengkajian inovasi teknologi budidaya pembenihan ikan toman. (Hellina et al.,2013)

Daftar Pustaka
Hellina,Y.Umi,S.Kamiliah,W.2013. Analisis Finansial Usaha Budidaya Ikan Toman (Channa micropeltes) Dalam Kolam Dikabupaten Hulu Sungan Selatan.Jurnal Agroscientiae.1(20)

Persiapan Budidaya Ikan Toman

Ikan Toman habitat asalnya berada di Kalimantan. Ikan ini sangat mudah untuk dibudidayakan karena kemampuannya yang mampu menyerap alakali dalam tanah. Pembuatan kolam tanah dalam budidaya ikan toman harus diawali dengan persiapan terlebih dahulu.
Persiapan awal alam pembuatan kolam tanah adalah:
1. Perairan
Air kolam tanah dalam keadaan alkalis atau netral memberikan pengaruh yang baik dari pada perairan yang bersifat asam. pH 4 mematikan ikan. pH6.5 – 9 adalah keadaan yang paling baik untuk perikanan. Air yang baik yaitu air yang cukup mengandung oksigen. Tanah,pada budidaya ikan digunakan tanah yang tidak produktif ( tanah yang baik untuk pertanian ).Untuk budidaya yang mengandalkan makanan alami maka lumpur didasar kolam sangat diperlukan karena dapat meningkatkan kesuburan kolam.
2.Pengeringan kolam ,Kolam perlu dikeringkan tiap satu atau dua tahun. Saat pengeringan maka dasar olam akan bersentuhan dengan sinar matahari dan udara, sehingga dapat mengembalikan kesuburan tanah serta dapat mematikan insekta dan parasit yang membahayakan ikan.,
3. Pemupukan,Produksi ikan di kolam lebih banyak di tentukan oleh tingkat kesuburan tanah, oleh sebab itu kolam perlu dipupuk. Baik pupuk kandang, kompos maupun pupuk buatan. Pemakaian pupuk kandang perlu pelapukan sebelum dimaskkan kedalam kolam. Dosis pupuk kandang sekitar 0,5 kg sampai 0,75 kg permeter .
Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Toman dalam kolam tanah. Usaha budidaya ikan toman dalam kolam tanah layak untuk diusahakan. Hal ini berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha yang dilakukan dengan menggunakan tiga alat analisis usaha yaitu Break Even Point (BEP) pada penjualan sebesar Rp 1.431.747,24 dan BEP pada volume produksi sebesar 81,48 kg, Return Cost Ratio (RCR)sebesar 1,937 yang lebih dari satu, serta Profit Rate (PR) sebesar 93,66% yang nilainya lebih besar dari tingkat inflasi .Selain itu berdasarkan skenario analisis sensitivtas maka didapatkan bahwa usaha budidaya ikan toman dalam kolam tanah  masih layak diusahakan.

Pembahasan Praktikum Nutrisi Ikan : Uji Fisik Pakan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai uji fisik pakan, dapat di ketahui bahwa pakan yang telah di buat memiliki warna kuning dengan bentuk lonjong, tekstur pakan kasar, berbau amis, berasa hambar, serta memiliki diameter antara 1-2 mm. hasil yang di dapatkan pada uji fisik pakan di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahan baku pakan serta proses pembuatan pakan. Bahan baku pakan menentukan aroma dan rasa pada pakan tersebut, tepung ikan membuat pakan memiliki bau amis dan rasa hambar pada pakan karena penggunaan tepung dengan jumlah yang lebih banyak pada pakan tersebut. Proses pembuatan pakan mempengaruhi tekstur, bentuk dan diameter pakan. Bahan yang halus dan pencampuran yang merata akan membuat tekstur lebih halus sedangkan alat pencetak bahan pakan akan menentukan diameter dan bentuk pada pakan itu sendiri. Menurut Aslamyah dan Karim (2012) bahwa tekstur pakan dapat dilihat dari permukaan pakan yang mulus, berserat dan berlubang. Tekstur pakan di pengaruhi oleh kehalusan bahan baku, jumlah serat dan jenis bahan pengikat (binder) yang digunakan. Aroma pakan menentukan kualitas pakan karna berkaitan erat dengan penerima atau daya pikat ikan.
Kualitas pakan yang baik dapat di ukur berdasarkan uji fisik pakan. Pakan yang baik biasanya memiliki aroma yang amis dan berasa asin karena biasanya pakan tersebut akan lebih menarik dan disukai ikan  daripada pakan yang memiliki bau apek dan rasa hambar. Dinilai dari diameter dan bentuk pakan, pakan yang baik yaitu pakan yang ukuranya sesuai dengan target ikan yang akan di beri pakan. Pakan yang memiliki bukaan mulut kecil lebih baik diberikan pakan yang memiliki diameter kecil pula. Bau apek pada pakan di dapatkan apabila pakan memiliki kadar lemak yang tinggi sehingga tingkat oksidasi pakan lebih cepat. Menurut Mulia dan Maryanto (2014) kualitas pakan buatan untuk ikan tidak hanya du tentukan oleh kandungan nutrisinya yang mencukupi untuk kebutuhann pertumbuhan dan perkembangan ikan. Akan tetapi juga di tentukan oleh sifat fisiknya. Musalnya kemampuan daya apungnya maupun stabilitas pakan dalam air serta beberapa sifat fisik pakan yang lain. agar diperoleh pakan yang stabilitas yang baik perlu digunakan perekat (binder) kedalam campuran bahan baku pakan.

Daftar Pustaka
Aslamyah, S. dan M.Y Karim. 2012. Uji Organoleptik Fisik dan Kimiawi Pakan Buatan untuk Ikan Bandeng yang Didistribusiskan dengan Tepung Cacing Tanah ( Lambrius sp.). Jurnal Ausatik Indonesia, 3(2): 124-133.
Mulia, D.S. dan H. Maryanto. 2014. Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Ikan yang Menggunakan      Bahan Perekat Alami. LPPM FPI UMP. Purwokerto

Manajemen Kesehatan Ikan Kerapu

Kesehatan merupakan salah satu syarat utama dalam pembesaran ikan kerapu karena ikan yang sehat akan tumbuh dengan cepat dan mudah di jual di pasaran. Sebaliknya ikan yang sakit pertumbuhanya akan lambat bahkan dapat mengalami kematian. Oleh karena itu, perlu adanya manajeman kesehatan pada budidaya ikan termasuk budidaya ikan kerapu. Sumber permasalahan pada budidaya ikan laut umumnya karena pencemaran yang berasal dari daerah sekitar maupun pencemaran dari kegiatan budidaya itu sendiri. Menurut Wirawan dan Handajani (2015) Kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya perikanan laut adalah menurunnya mutu kualitas air budidaya ikan yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan dan tingginya limbah hasil kegiatan budidaya ikan seperti limbah kulit udang yang pada puncak panen udang dapat mencapai 3 ton/hari. Pemilihan lokasi budidaya yang tepat pada budidaya ikan kerapu akan sangat menentukan keberhasilan budidaya karena lokasi yang jauh dari pencemaran akan membuat ikan tidak mudah terkena penyakit.
Kesehatan pada ikan selain karena faktor lingkungan juga dikarenakan serangan pathogen. Ikan yang sudah terserang penyakit biasanya mengalami beberapa gejala seperti nafsu makan menurun, ikang berenang terpisah dengan kelompok, terdapat luka pada tubuh, bentuk badan tidak normal, serta pertumbuhan lambat. Untuk menghidari ikan terkena penyakit perlu diperhatikan pakan dan kebersihan lingkungan. Pakan dari ikan rucah yang terinfeksi bakteri dapat menyebabkan ikan kerapu tertular penyakit. Menurut Yusuf (2011) pencegahan hama dan penyakit antara lain pemberian pakan yang cukup sehingga metanbolisme lancar, menjaga kesehatan jaring agar tidak ada sisa pakan yang mengundang ikan-ikan perusak jaring, perendaman dengan air tawar secara bertahap untuk mematikan parasit yang menempel pada tubuh ikan, serta pemberian vitamin pada pakan ikan.

Daftar Pustaka
Wirawan, Ganjar Adhy., dan Hany Handajani. 2015. Peningkatan Produksi Benih Ikan Kerapu Melalui Perbaikan Manajemen Kualitas Air Di Kelompok Pembenihan Ikan Mina Sejahtera Bungatan Kabupaten Situbondo. Jurnal Dedikasi, 12 : 61-65
Yusuf, Candhika. 2011. Budidaya Ikan Kerapu Sistem Karamba Jaring Apung dan Tancap. Wff : Indonesia

Ciri-ciri dan Kelas Echinodermata

Ø  Echinodermata berasal dari kata Yunani, echinos artinya duri dan derma artinya kulit. Jadi Echinodermata dapat diartikan sebagai hewan berkulit duri.
Ø  Tubuhnya di lindungi oleh duri, memiliki kaki amburakral.
Ø  Merupakan kelompok hewan triopoblastik selomata yang memilki ciri khas adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit.
Ø  Echinoidea, Holothuroidea, dan Crinoidea.
Ø  Merupakan hewan pemakan sampah laut, dapat membersihkan dasar laut
Ø  Bentuk tubuh Echinodermata ada yang seperti bintang, bulat, pipih, bulat memanjang, dan seperti tumbuhan.
Ø  Pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk bilateral simetri. Sedangkan setelah dewasa bentuk tubuhnya menjadi radial simetri.
Ø  Sistem peredaran darah terdiri dari pembuluh darah yang mengelilingi mulut dan dihubungkan dengan lima buah pembuluh radial ke setiap bagian lengan.
Ø  Bila satu lengan putus, lengan baru tumbuh kembali. Bila cakram tengah ditempelkan ke tangan yang terpotong, individu baru dapat tumbuh dari bagian yang terpotong tersebut.
Ø  Sistem syaraf terdiri dari sebuah cincin syaraf yang berada di cakram.
Ø  Syaraf radial memiliki cabang yang lebih halus yang menyebar ke seluruh tubuh.
Ø  Pada ujung tiap lengan terdapat bintik mata yang sensitif cahaya yang dihubungkan oleh syaraf radial.
Ø  Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang posisinya berada di bawah permukaan tubuh. Kemudian diteruskan melalui faring, ke kerongkongan, ke lambung, lalu ke usus, dan terakhir di anus. Anus ini letaknya ada di permukaan atas tubuh dan pada sebagian Echinodermata tidak berfungsi.
Ø  Esofagus pendek dari mulut menuju ke bagian jantung (kardiak) di perut. 
Ø  Perut menelan makanan, yang biasanya moluska atau crustacea, dan mencernanya sebelum menarik kembali perut ke dalam
Ø  Hewan ini biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar 366 m.
Ø  Hewan ini memiliki saluran air yang sering disebut sistem ambulakral. Sistem ini digunakan untuk bergerak, bernafas, atau untuk membuka mangsanya yang memiliki cangkok.
Ø  Semua echinodermata hidup di air laut dan merupakan hewan benthic.
Ø  Echinoderma berkembang biak secara seksual dengan jantan dan betina pada individu yang berbeda. Fertilisasi akan menghasilkan zigot yang berkembang menjadi larva yang mirip plankton. Larva ini memiliki tubuh yang sangat berbeda dengan bentuk dewasanya. Seiring pertumbuhannya, larva tersebut akan bermetamorfosis hingga membentuk tubuh dewasa yang sempurna.
Ø  Beberapa echinodermata mampu berkembangbiak secara aseksual dengan regenerasi bagian tubuh. Potongan tubuh bintang laut dapat tumbuh menjadi individu baru yang lengkap seperti semula.
Ø  Tubuh memiliki banyak kaki tabung yang befungsi untuk bergerak dan menangkap makanan.
Ø  Tubuh ditutupi oleh epidermis yang di sokong oleh skeleton yang tetap dan spina.
Ø  Respirasi dengan papulae, kaki tabung atau dengan pohon respirasi
Ø  Beberapa jenis bintang laut kecil bahkan memperbanyak diri dengan cara membelah tubuhnya menjadi dua, kemudian tiap potongan akan tumbuh menjadi bintang laut baru yang sempurna.
Ø  Model reproduksi dimana potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru dekenal dengan nama fragmentasi.
Ø  Sebagian besar spesies mampu bergerak dengan merangkak dan sangat lambat.
Ø  Tubuhnya berkembang dalam bidang lima antimere yang memancar dari  sebuah cakram pusat dimana mulutnya berada di tengah.
Ø  Echinodermata dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu Asteroidea, Ophiuroidea,
1.      Asteroidea
§  Tubuhnya berbebtuk segilima meskipun terkadang di temukan spesies dengan tangan lebih dari 5. Di kenal juga dengan bintang laut.
§  Pada permukaan tubuhnya terdapat duri-duri pendek dan tumpul. Duri-duri ini berasal dari endoskeleton.
§  Seperti asterozoans lainnya, asteroid memiliki rencana berbentuk bintang karakteristik tubuh yang terdiri dari disk pusat dan beberapa (biasanya 5) memancar senjata.
§  Tubuh Asteroidea yang berbentuk bintang ini berpusat pada cakram pusat. Contoh hewan classis Asteroidea adalah bintang laut (Asterias forbesi).
2.      Crinoidea
§  Memiliki morfologi yang mirip tumbuhan.
§  Mempunyai lima tangan yang bercabang-cabang.
§  Bentuk tubuh Crinoidea dapat menyerupai bunga lili, bunga bakung, atau bulu burung.
§  Crinoidea hidup dengan cara menempel di dasar laut dan dapat membentuk taman laut. Crinoidea lebih sering ditemukan menempel, meskipun dapat berenang secara bebas. Jenis-jenis dan jumlahnya lebih banyak ditemukan sebagai fosil.
3.      Holothuroidea
§  Classis dari phylum Echinodermata ini, memiliki tubuh yang lunaksering di sebut pula timun lat
§  Hidup di dasar laut dengan cara bersembunyi di lumpur atau pasir. Bentuk tubuhnya seperti ketimun atau memanjang.
§  Tubuhnya fleksibel dan lembut karena rangkanya direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit.
§  Hewan Holothuroidea bergerak dengan tiga baris kaki pembuluh yang terdapat pada permukaan bawah (ventral) dan dua baris kaki pembuluh dorsal dipakai untuk bernapas. Selain itu, ada alat napas yang disebut paru-paru air. Contoh Holothuroidea adalah teripang dan timun laut.
§  Mulut dan anus terletak pada bagian kutub yang berlawanan. Bagian mulut Holothuroidea dikelilingi oleh tentakel-tentakel pendek. Tentakel tersebut berfungsi membantu memasukkan makanan ke dalam mulut. Contoh spesies classis ini adalah Holothuria atra.
4.      Ophiuroidea
§  Struktur tubuh classis Ophiuroidea mirip dengan Asteroidea, yaitu seperti bintang, tetapi Ophiuroidea memiliki lengan yang lebih pipih dan fleksibel dibandingkan dengan classis Asteroidea.
§  Memiliki regenerasi yang baik. Apabila tanganya putus dapat tersambung kembali.
§  Aktif pada malam hari (nocturnal)
§  Makanannya berupa udang-udangan, Mollusca, sampah, dan sisa organisme lain.
§  Contoh spesies dari classis ini adalah Ophiopholis  aculeata dan Ophiothrix flagilis dan bintang ular.
5.      Echinoidea
§  Memiliki bentuk tubuh seperti bola dan ada beberapa yang berbentuk pipih dan tubuhnya dipenuhi dengan duri-duri yang panjang.
§  Echinoidea yang tubuhnya pipih juga tidak memiliki lengan.
§  Hewan Echinoidea tubuhnya tanpa tangan dan berbentuk hampir bulat atau gepeng. Rangkanya disusun dari keping-keping zat kapur. 
§  Contoh Echonoidea: Diadema antillarum, Strongylocentrotus (berbentuk bola), Spatangus (berbentuk oval), Echinarachnius (berbentuk seperti uang logam) yang sering disebut dolar pasir.
 

Popular Posts

Blog Archive

About