Jenis-jenis Trace Element

Trace elemen merupakan unsur yang jumlahnya sangat sedikit namun keberadaanya sangat di perlukan untuk keseimbangan ekosistem laut. Tidak seperti mayor dan minor elemen, jumlah elemen ini hanya memiliki kisaran nilai antara 67.18µg sampai 0,024 µg dalam 1 liter air laut. Adapun elemen yang tergolong kedalam trace elemen ini adalah :
a.       Yod (I) 280 ton/mil³ air laut
b.      Barium (Ba) 140 ton/mil³ air laut
c.       Besi (Fe) 47 ton/mil³ air laut
d.      Molibden(Mo) 47 ton/mil³ air laut
e.       Seng (Zn) 47 ton/mil³ air laut
f.        Selen (Se) 29 ton/mil³ air laut
g.       Argon (Ar) 14 ton/mil³ air laut
h.       Tembaga (Cu) 14 ton/mil³ air laut
i.         Timah (Sn) 14 ton/mil³ air laut
j.        Uranium (U) 14 ton/mil³ air laut
k.      Mangan (Mn) 9 ton/mil³ air laut
l.         Nikel (Ni) 9 ton/mil³ air laut
m.     Vanadium (V) 9 ton/mil³ air laut
n.       Timbal (Pb) 9 ton/mil³ air laut

Pengertian Trace Elemen

Elemen  adalah  unsur,  materi  atau  bahan  dasar  (fundamental  kinds  of matter)  yang menyusun  seluruh benda  di  alam  semesta (Menahan, 2001). Di dalam lautan terdapat berbagai jenis elemen baik organik maupun anorganik yang jumlahnya berbeda antara elemen.  Menurut Millero dan Shon (1992) menyatakan bahwa perairan laut memiliki konsentrasi senyawa organik yang sangat rendah  organik  terdiri dari kelompok hewan yang  telah hidup dan  telah mati. Serasah atau  detritus  hasil  degradasi  bahan  organik  dan  pengaruh  antropogenik.  Berdasarkan komposisi kimianya, bahan organik terdiri atas karbohidrat, protein, asam amino, lemak, hidrokarbon, asam karboksiklik, humus dan kerogen serta komponen-komponen mikro lainya seperti steroid, aldehida, alkojol dan organo-sulfur. 

Pada lautan terdapat elemen-elemen yang dapat di kelompokan menjadi beberapa jenis. Menurut Millero (2006) menyatakan bahwa elemen (organic dan inorganik dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan rata-rata konsentrasinya di alam yaitu :

1.      Elemen makro (Mayor)  (0,05  – 750 mM) (Na, Cl, Mg)
2.      Elemen mikro (Minor) (0,05 – 50 μM) (P dan N)
3.      Elemen trace atau kelumit (0,05 -50 nM) (Pb, Hg, Cd)

Pengertian trace elemen atau biasa di sebut elemen jarang adalah unsur-unsur atau senyawa – senyawa kimia dilaut yang kelarutanya kurang dari 1 ppb atau dapat diartikan sangat kecil tetapi untuk keberadaanya sang diperlukan dalam pengaturan keseimbangan kelarutan elemen – elemen dilaut dan proses biologi organisme bahar dan proses lainya. Rasio konsentrasi elemen yang konstan terhadap elemen yang berkaitan dengan khlorinitas atau salinitas ditemukan pada beberapa elemen karena tingkat reaktifitasnya yang rendah. Logam-logam Cu, Mn, Fe dan Zn jika terjadi defisiensi menyebabkan penyakit baik pada hewan maupun tumbuhan. Cu, Cr, Se dan I untuk hewan dan B dan Mo untuk tanaman. Hampir semua mikronutrien memiliki peran sebagai penyusun enzym dan protein-protein penting lain yang terlibat dalam pathway/siklus metabolik. Ketiadaan mikronutrien akan menyebabkan disfungsi metabolik yang mengakibatkan penyakit. Elemen-elemen yang tidak mempunyai kepentingan secara biokimiawi disebut "non essensial element".Contohnya “non-essential element” adalah As, Cd, Hg, Pb, Po, Sb, Ti dan U yang menyebabkan toksisitas pada konsentrasi yang melebihi ambang batas tetapi tidak menyebabkan "deficiency disorder" pada konsentrasi rendah seperti mikronutrien.

Daftar Pustaka 
Manahan., S. E. 2001. Fundamentals of Environmental Chemistry. 2nd Edition. CRC Press: Boca Raton.
Millero, F. J. 2006. Chemical Oceanografi. 3rd edition, C R C Taylor and Francise. Boca Raton:London. 496 hal. 
Millero, F. J dan M, L, Sohn. 1992. Chemical Oceanografi. 3rd edition, C R C Taylor and  Francise. Boca Raton:London. 

Tumbuhan Lumut Kelas Anthoceropsida (Lumut tanduk)

Anthocerotales (lumut tanduk) biasa hidup melekat di atas tanah dengan perantara rizoidnya. Lumut tanduk mempunyai talus yang sederhana dan hanya memiliki satu kloroplas pada tiap selnya. Pada bagian bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup.
Lumut tanduk juga mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) ketika fase sporofit dan fase gametofit terjadi secara bergiliran.  Susunan sporogonium lumut tanduk lebih rumit jika dibandingkan dengan lumut hati lainnya. Gametofitnya mempunyai cakram dan tepi bertoreh. Sepanjang poros bujurnya terdapat sederetan sel mandul yang disebut kolumela. Kulomela dilindungi oleh arkespora penghasil spora. Dalam askespora, selain spora, juga dihasilkan sel mandul yang disebut elatera.
Tidak seperti lumut hati lainnya, masaknya kapsul spora pada sporogonium lumut tanduk tidak bersamaan, tetapi berurutan dari bagian atas sampai pada bagian bawah.
Di antara semua lumut, lumut tanduk adalah yang paling dekat hubungan kekerabatannya dengan tumbuhan vaskuler. Bentuk tubuhnya mirip lumut hati, tetapi sporofitnya membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk.
Contoh lumut tanduk adalah Anthoceros laevis, A. fusifermis, dan Notothulus valvata.

Potensi Budidaya Belut

Belut merupakan salah satu ikan konsumsi air tawar yang biasanya di temukan di sawah-sawah atau di areal yang berlumpur, saat ini masih banyak orang yang memanfaatkan belut hasil tangkapan mereka dari sawah untuk di jual. Padahal teknik pembudidayaan belut sudah di gunakan oleh  petani belut untuk menghasilkan belut dalam jumlah yang banyak dan dengan kualitas yang bagus. Pembudidayaan belut tentunya lebih menguntungkan karena dapat memanen belut tanpa mengenal musim serta mempermudah dalam proses penangkapanya. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan hal ini membuat masyarakat kebanyakan masih mengandalkan hasil tangkapan belut untuk di jual di pasaran.
Selain ketidak tahuan masyarakat dalam teknik pembudidayaan belut, rendahnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi belut juga sangat berpengaruh pada rendahnya kuantitas belut yang dapat terjual di pasaran. Masyarakat lebih banyak mengkonsumsi daging ayam ataupun kambing untuk konsumsi sehari-hari, padahal jumlah kandungan gizi belut lebih besar di bandingkan dengan daging ayam maupun kambing. Selain dari kandungan protein yang lebih tinggi, belut juga lebih sehat karena memiliki kolesterol yang lebih rendah. Di tinjaau dari segi harganya, belut relative lebih murah dibandingkan dengan daging ayam, kambing maupun sapi. Sehingga belut merupakan pilihan yang tepat untuk di jadikan konsumsi sehari-hari. Oleh karena itu selain di jual dalam bentuk segar, belut harus dapat di olah menjadi makanan yang lebih menarik supaya penjualan belut dapat meningkat dan merangsang petani belut untuk meningkatkan produksinya.

Teknik Pembudidayaan Belut
Pembudidayaan belut tergolong mudah, seperti menurut Prihatman (2000) yang menyatakan Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yangspesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai datarantinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik. Kualitasair untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahankimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun. Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-310o C. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk  bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
Teknik pembudidayaan belut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satu yang praktis adalah dengan menggunakan media ember atau drum. Namun media yang digunakan dapat bermacam-macam tergantung dari kemampuan petani belut dalam membudidayakanya. Cara membudidayakan belut adalah sebagai berikut:
a.       Pembuatan Media Budidaya
Media yang di gunakan dapat mengguanakan tong, drum ataupun bak beton, langkah yang di lakukan adalah dengan mempersiapkan bahan seperti misalnya jerami, pelepah pisang lumpur dan decomposer. Langkah pertama potong kecil-kecil jerami dan pelepah pisang, kemudian taruh pada media dan di tambahkan decomposer. Media di tutup selama satu bulan sampai terbentuk pupuk kompos. Setelah satu bulan media di beri lumpur dan air secukupnya. Media baru siap di gunakan setelah dua minggu di diamkan.
b.      Pemeliharaan Calon Induk
Sebelum pembenihan, calon induk sebelumnya di pelihara dalam satu wadah dalam media tong, drum atau yang lain dengan media air tawar tanpa menggunakan lumpur. Belut di beri pakan berupa pelet dan air di ganti setiap pagi karena belum merupakan hewan yang aktif di malam hari.
Menurut http://kumpulanartikelkelautandanperikanan.blogspot.com induk jantan yang baik memiliki ciri-ciri berukuran panjang lebih dari 40 cm, warna permukaan kulit gelap atau abu-abu, bentuk kepala tumpul dan usianya di atas sepuluh bulan. Sedangkan induk betina yang baik memiliki ciri-ciri berukuran panjang antara 20 – 30 cm, warna lebih cerah dan lebih muda, Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perutnya, bentuk kepala runcing, dan usianya di bawah Sembilan bulan.
c.       Pembenihan
Setelah media siap, belut di masukan kedalam media pengembangbiakan, dalam masa pengembiakan belut di beri pakan sebagai suplai energy. Setelah dua minggu biasanya telah terjadi pembuahan, kemudian bongkar media setelah tiga minggu dari pemasukan induk kedalam media. Pisahkan anakan belut dan taruh pada media.
d.      Pembesaran dan Panen
Media yang di gunakan untuk pembesaran dapat berupa kolam tembok tanpa menggunakan air lumpur, namun kolam di lindungi dari sinar matahari langsung. Pakan belut berupa pelet, keong, atau ikan-ikan kecil. Belut siap dipanen untuk kebutuhan pasar local dari mulai penaburan benih minimal 3 bulan ( Sisitem dengan pembesaran ), sedangkan untuk kebutuhan pasar ekspor dari mulai penaburan benih minimal 6 bulan.

Dikutip dari suksesbisnisusaha.com menyatakan bahwa Jakarta setidaknya membutuhkan 20 ton per hari, sementara untuk memenuhi 150 industri pengolah belut skala rumah tangga, Yogyakarta  membutuhkan sebanyak  30 ton per hari. Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa peluang bisnis budidaya belut sangatlah menguntungkan karena kebutuhan belut perharinya sangatlah besar sedangkan hasil budidaya belut maupun hasil tangkapan yang mengandalkan dari alam masih sangat terbatas serta jumlanya masih sangat terbatas.
Harga belut di pasaran saat ini mencapai 40-60 ribu perkilogram terlebih apabila kita bisa menghasilkan belut dengan kualitas unggul yang dapat menembus pasar eksport maka keuntungan yang akan kita dapatkan tentunya akan kita dapatkan bisa berlipat.

Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan peralihan antara Thallophyta dan Cormophyta. Thallophyta adalah tumbuhan yang belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan Cormophyta adalah tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Bryophyta merupakan salah satu devisio dari kingdom plantae (dunia tumbuhan) yang sudah memunjukan perbedaan antara organ penyerapan hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Tumbuhan ini menggunakan rizoid sebagai organ untuk menyerap unsur hara. Tumbuhan lumut memanfaatkan jaringan tumbuhan yang mati sebagai sumber hara. Tumbuhan lumut (bryophyte) juga dikenal dengan istilah tumbuhan perintis. Tumbuhan perintis artinya tumbuhan yang bisa membuka lahan hidup untuk organisme lain.

1.      Ciri-ciri tumbuhan lumut (Bryophyta)
Lumut mempunyai beberapa ciri yaitu :
·         Mempunyai lapisan pelindung (kutikula dan gametangia)
·         Sudah memiliki buluh-buluh halus semacam akar yang disebut rizoid.
·         Sudah memiliki klorofil sehingga besifat autotrof
·         Batang belum mempunyai pembuluh angkut (xylem dan floem)
·         Terdapat gametangium (alat kelamin) yaitu antheridium dan arkegonium. Antheridium adalah alat kelamin jantang yang menghasilkan spermatozoid, sedangkan arkegonium adalah alat kelamin betina yang menghasilkan sel telur (ovum). 

2.      Reproduksi tumbuhan lumut (Bryophyta)
Tumbuhan lumut (Bryophyta) berkembang biak secara vegetative dan generative. Kedua perkembangbiakan tersebut berlangsung silih berganti sehingga terjadi pergiliran keturunan (metagenesis). Metagenesis adalah pergiliran keturunan. Apa yang dikenal orang sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang haploid (x = n). Dengan demikian, terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu tumbuhan tidak dapat menghasilkan dua sel kelamin sekaligus.
Metagenesis diawali dengan berkecambahnya spora yang sangat kecil (haploid) menjadi  protalium (protonema). Protonema ada yang tumbuh menjadi besar dan ada yang tidak tumbuh. Di dalam protonema terdapat kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumut ( tumbuhan gametofit).
Pada tumbuhan lumut (gametofit) dibentuk gametangium, yaitu sel kelamin jantan (spermatozoid) dan sel kelamin betina (ovum). Sel kelamin jantan ini dihasilkan oleh anteridium dan sel kelamin betina dihasilkan oleh arkegonium. Peleburan spermatozoid dan ovum akan menghasilkan zigot yang terus berkembang menjadi embrio yang diploid. Embrio kemudian akan tumbuh menjadi suatu badan yang bulat dengan tangkai pendek atau panjang yang disebut  sporogonium  (tumbuhan sporofit).
Dalam bagian yang bulat tersebut dibentuk spora sehingga sering disebut dengan kapsul spora yang identik dengan sporogonium. Spora akan terkumpul dalam kotak spora (sporangium). Jika spora jatuh di tempat yang lembap dan sesuai dengan tempat tumbuhnya, spora akan tumbuh menjadi protonema dan protonema akan tumbuh menjadi tumbuhan lumut dan begitu seterusnya.

3.      Klasifikasi tumbuhan lumut (Bryophyta)
Tumbuhan lumut di kelompokan menjadi tiga kelas yaitu
a.       Kelas Hepaticopsida (Lumut hati).
b.      Kelas Anthoceropsida (Lumut tanduk).
c.       Kelas Bryopsida 

4.       Manfaat tumbuhan lumut (Bryophyta)
Beberapa manfaat dari tumbuhan lumut yaitu :
·         Sebagai media tanaman (pengganti ijuk) : Lumut daun
·         Dapat mencegah erosi : Lumut secara umum
·         Sebagai obat penyakit hati : Marchantia sp
·         Sebagai bahan pembalut, kapas dan sumber bahan bakar : Sphagnum
·         Sebagai ornament tata ruang : Sphagnum
·         Membantu menahan erosi, mengurangi bahaya banjir dam mampu menyerap air pada musim kemarau

5.      Peran Tumbuhan Lumut dalam Ekosistem
Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan.
Tumbuhan ini juga dikenal sebagai tumbuhan perintis, mampu hidup di lingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada umumnya.

Proses Kimia dan Fisika Di Dalam Air

Air Limbah Perikanan mengandung parameter BOD, COD, TSS, minyak dan lemak. Apabila keseluruhan parameter tersebut dibuang langsung ke badan penerima, maka akan mengakibatkan pencemaran air. Oleh karena itu sebelum dibuang ke badan penerima air, terlebih dahulu harus diolah sehingga dapat memenuhi standart air yang baik. Pengolahan air limbah perikanan ini juga termasuk pengolahan limbah secara biologis.
Pengolahan air limbah secara biologis dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan kegiatan mikroorganisme dalam air untuk melakukan transformasi senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam air menjadi bentuk atau senyawa lain. Mikroorganisme mengkonsumsi bahan-bahan organik membuat biomassa sel baru serta zat-zat organik dan memanfaatkan energi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi untuk metabolismenya. Adapun tujuan dari pengolahan air buangan secara biologis adalah untuk menyisihkan atau menurunkan konsentrasi senyawa-senyawa organik maupun anorganik dengan memanfaatkan berbagai mikroorganisme, terutama bakteri. (Metcalf & Eddy, 1979)
Pengolahan biologis ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan biokimianya. Lingkungan biokimia ini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama yaitu lingkungan aerob dan anaerob. Lingkungan aerob adalah lingkungan dimana oksigen terlarut terdapat dalam jumlah yang cukup sehingga tidak merupakan faktor pembatas di dalam prosesnya. Pada lingkungan ini oksigen dapat bertindak sebagai akseptor elektron pada metabolisme mikroba. Proses aerob sering digunakan dalam pengolahan air buangan domestik dan non domestik khususnya perumahan dan pabrik. Pada pengolahan biologi ini diperlukan pemeriksaan terhadap dua parameter, yaitu : COD dan BOD.
Salah satu proses biologi yang banyak digunakan adalah proses lumpur aktif. Proses lumpur aktif merupakan proses pengolahan air limbah secara biologis aerob yang melibatkan reaksi-reaksi metabolik mikroba. Untuk mencapai kualitas “effluent” yang baik, substansi yang ada dihilangkan dengan menggunakan mikroorganisme yang ada dalam lumpur aktif. Zat organik yang terkandung dalam air buangan, berguna sebagai makanan dan pertumbuhan sel baru. Reaksi yang terjadi adalah :
Text Box: O2
Zat organik + MO à CO2 + H2O + NH3 + sel–sel baru
Proses Penambahan Oksigen (Aerasi)
Proses ini merupakan suatu usaha penambahan konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air limbah, agar proses oksidasi biologi oleh mikroba akan dapat berjalan dengan baik.  Dalam prakteknya terdapat 2 cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air limbah, yaitu :
a.       Memasukkan udara ke dalam air limbah;
Yaitu proses memasukkan udara atau oksigen murni ke dalam air limbah melalui benda porous atau nozzle. Nozzle tersebut diletakkan di tengah– tengah sehingga akan meningkatkan kecepatan kontak gelembung udara tersebut dengan air limbah, dan proses pemberian oksigen akan berjalan lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada dasar bak aerasi. Udara yang dimasukkan adalah berasal dari udara luar yang dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan.
b.      Memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen
Adalah cara mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling–baling yang diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke atas dan dengan terangkatnya maka air limbah akan mengadakan kontak langsung dengan udara sekitarnya.
Pengolahan Limbah Cair dengan Proses Fisik Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair, bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut. Berkat selektivitasnya yang tinggi, proses adsorpsi sangat sesuai untuk memisahkan bahan dengan konsentrasi yang kecil dari campuran yang mengandung bahan lain yang berkonsentrasi tinggi. (Handojo, Lienda. Dr. Ir, M .Eng)
Kecepatan adsorpsi tidak hanya tergantung pada perbedaan konsentrasi dan pada luas permukaan adsorben, melainkan juga pada suhu, tekanan (untuk gas), ukuran partikel dan porositas adsorben. Juga tergantung pada ukuran molekul bahan yang akan diadsorpsi dan pada viskositas campuran yang akan dipisahkan (cairan, gas). (Handojo, Lienda. Dr. Ir, M. Eng)
Pengolahan Limbah Cair dengan Proses Fisik Filtrasi
Filtrasi merupakan proses penjernihan atau penyaringan air limbah melalui media (pada penelitian ini digunakan batu apung), dimana selama air melalui media akan terjadi perbaikan kualitas. Hal ini disebabkan adanya pemisahan partikel-partikel tersuspensi dan koloid, reduksi bakteri dan organisme lainnya dan pertukaran konstituen kimia yang ada dalam air limbah.
Filtrasi adalah salah satu bentuk untuk menghasilkan effluent limbah dengan efisiensi tinggi. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menjaga efisiensi filtrasi adalah :
a.       Menghilangkan partikulat dan koloidal yang tidak mengendap setelah flokulasi biologis atau kimia.
b.      Menaikkan kehilangan suspensi solid, kekeruhan, phospor, BOD, COD, bakteri dan lain-lain.
c.       Mengurangi biaya desinfektan.
Dalam proses filtrasi terdapat kombinasi antara beberapa proses yang berbeda. Proses-proses tersebut meliputi :
1.      Mechanical straining
Merupakan proses penyaringan partikel tersuspensi yang terlalu besar untuk dapat lolos melalui ruang antara butiran media.
2.       Sedimentasi
Merupakan proses mengendapnya partikel tersuspensi yang berukuran lebih kecil dari lubang pori-pori pada permukaan butiran.
3.      Adsorpsi
Prinsip proses ini adalah akibat adanya perbedaan muatan antara permukaan butiran dengan partikel tersuspensi yang ada di sekitarnya sehingga terjadi gaya tarik-menarik.
4.      Aktifis kimia
Merupakan proses dimana partikel yang terlarut diuraikan menjadi substansi sederhana dan tidak berbahaya atau diubah menjadi partikel tidak terlarut, sehingga dapat dihilangkan dengan proses penyaringan, sedimentasi dan adsorpsi pada media berikutnya.
5.      Aktifis biologi
Merupakan proses yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme yang hidup di dalam filter.
Dalam proses filtrasi juga terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi kualitas air hasil filtrasi, efisiensi proses dan sebagainya, faktor-faktor tersebut antara lain:
1.      Debit filtrasi
 Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan diperlukan keseimbangan antara debit filtrasi dan kondisi media yang ada. Debit yang terlalu cepat akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien.
2.      Kedalaman, ukuran dan jenis media
Partikel tersuspensi yang terdapat pada influent akan tertahan pada permukaan filter karena adanya mekanisme filtrasi. Oleh karena itu, efisiensi filter merupakan fungsi karakteristik dari filter bed, yang meliputi porositas dari ratio kedalaman media terhadap ukuran media. Tebal tidaknya media akan mempengaruhi lama pengaliran dan besar daya saring. Demikian pula dengan ukuran (diameter) butiran media berpengaruh pada porositas, rate filtrasi dan daya saring.
3.      Kualitas air limbah
Kualitas air limbah akan mempengaruhi efisiensi filtrasi, khususnya kekeruhan. Kekeruhan yang terlalu tinggi akan menyebabkan ruang pori antara butiran media cepat tersumbat. Oleh karena itu dalam melakukan filtrasi harus dibatasi kandungan kekeruhan dari air limbah yang akan diolah.

Penyebab Kematian Mendadak Pada Keramba Jaring Apung (KJA)

Keramba jaring apung atau yang biasa di sebut KJA merupakan wadah budidaya yang paling banyak di gunakan masyarakat untuk membudidayakan ikan pada perairan umum atau terbuka seperti waduk, danau ataupun rawa. Karena perairan bersifat terbuka maka kja lah menjadi akternatif utama untuk melakukan kegiatan budidaya. Namun, tetap saja waduk atau rawa yang digunakan harus memenuhi kriteria dan keberadaan kja tetap masih dalam batas wajar.
Penggunaan KJA saat ini semakin meluar dan bahkan pada suatu waduk keberadaanya hampir 80% dan tidak terkendali.  Penggunaan kja memang sangat menguntungkan dan menjadi pilihan yang paling tepat untuk melakukan kegiatan budidaya di perairan terbuka. Namun terkadang penggunaan kja menjadi sangat merugikan karena sering terjadi kematian mendadak pada ikan budidaya.
Kematian ikan pada kja dapat di akibatkan oleh beberapa penyebab dan tidak bisa di duga. Berikut beberapa factor terjadi kematian mendadak ikan pada keramba jaring apung :
1.      Kurangnya oksigen terlarut di dalam air
Oksigen merupakan golonga makro elemen yang sangat di butuhkan oleh ikan dan bersifat vital bagi proses budidaya ikan. Kadar oksigen terlarut di dalam air dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Proses budidaya di dalam keramba jaring apung memperoleh oksigen secara alami atau biasanya tidak menggunakan teknologi untuk menambahkan kadar oksigen terlarut seperti aerasi. Keberadaan kja pada perairan umum akan lebih sulit untuk mengontrol kadar oksigen terlarut dibandingkan pada media kolam ataupun tambak.
Rendahnya kadar oksigen terlarut pada air di pengaruhi beberapa factor seperti padat tebar yang terlalu banyak, pengaturan letak kja yang buruk, jumlah kja yang  tidak terkendali, tingginya kandungan fitoplankton dan lain sebagainya.
Kebanyakan factor yang menyebabkan kekurangan oksigen dikarenakan terjadinya perebutan oksigen oleh ikan yang dapat disebabkan oleh kepadatan ikan maupun kja. Pengaturan kja yang salah menyebabkan aliran air terhambat dan kja yagn berada di bawahnya mendapatkan air yang buruk. Fitoplanton pada siang hari menghasilkan oksigen namun pada malam hari menggunakan oksigen untuk proses respirasi. Keberadaanya dapat menjadi pisau bermata dua.
Kekurangan oksigen dapat menyebabkan ikan mati dengan sendirinya namun pada cuaca yang buruk seperti angina yang kencang dapat membuat ikan stress dank arena kekurangan oksigen dapat terjadi kematian masal.
2.      Kandungan bahan kimia di dalam air
Kandungan bahan kimia di dalam air dapat disebabkan oleh berbagai sumber. Sumber yang paling banyak menyumbang adalah dari sisa pertanian dan limbah pabrik. Penggunaan pestisida pastinya akan berdampak pada wilayah perairan karena residu bahan tersebut akan masuk ke sungai dan mengalir ke perairan umum.
Limbah pabrik merupakan masalah besar di Negara berkembang khususnya Indonesia. Pembuangan limbah secara sembarangan tanpa di olah terlebih dahulu sangatlah tidak menguntungkan karena masih mengandung bahan-bahan berbahaya yang dapat menyababkan kematian pada ikan.
Selain dari sumber kimia tersebut masih banyak sumber yang launya seperti limbah rumah tangga atau tumpahan bahan kimia ke perairan atau dari wilayah perairan itu sendiri seperti gas H2S. Pengendapan sisa pakan pada bagian bawah karamba juga dapat menyebabkan kematian mendadak pada ikan karena penguraian bahan-bahan organic tersebut dapat menghasilkan gas ammonia.
3.      Virus
Kematian mendadak pada keramba juga dapat di sebabkan oleh virus. Keberadaan virus pada perairan sangat tidak menguntungkan. Virus bersifat mudah menyebar terlebih ikan merupakan biota laut dan air merupakan media yang bagus untuk penyebaranvirus. Apabila beberapa ikan terkena virus maka ikan yang lain akan mudah tertular kemudia akan mati.
4.      Fenomena Upwelling
Upwelling merupakan fenomena dimana naiknya air di dasar perairan (hipolomion) ke permukaan air. Hal ini di sebabkan oleh beberapa factor seperti perubahan cuaca yang ekstrim ataupun karena adanya guncangan di dasar perairan. Daerah hipolimion merupakan daerah yang tidak mengandung oksigen dan bahan kimia lainya seperti H2S dan ammonia yang apabila naik ke permukaan akibat menyebabkan kematian masal pada ikan.

Pengertian Gerak

Gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan. Titik acuan sendiri didefinisikan sebagai titik awal atau titik tempat pengamat.
Gerak bersifat relatif artinya gerak suatu benda sangat bergantung pada titik acuannya. Benda yang bergerak dapat dikatakan tidak bergerak, sebgai contoh meja yang ada dibumi pasti dikatakan tidak bergerak oleh manusia yang ada dibumi. Tetapi bila matahari yang melihat maka meja tersebut bergerak bersama bumi mengelilingi matahari.
Contoh lain gerak relatif adalah B menggedong A dan C diam melihat B berjalan menjauhi C. Menurut C maka A dan B bergerak karena ada perubahan posisi keduanya terhadap C. Sedangkan menurut B adalah A tidak bergerak karena tidak ada perubahan posisi A terhadap B. Disinilah letak kerelatifan gerak. Benda A yang dikatakan bergerak oleh C ternyata dikatakan tidak bergerak oleh B. Lain lagi menurut A dan B maka C telah melakukan gerak semu.
Gerak semu adalah benda yang diam tetapi seolah-olah bergerak karena gerakan pengamat. Contoh yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita naik mobil yang berjalan maka pohon yang ada dipinggir jalan kelihatan bergerak. Ini berarti pohon telah melakukan gerak semu. Gerakan semu pohon ini disebabkan karena kita yang melihat sambil bergerak.
Berdasarkan percepatannya gerak dibagi menjadi 2
1.      Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak yang percepatannya sama dengan nol (a = 0) atau gerak yang kecepatannya konstan.
2.      Gerak berubah beraturan (GLBB) adalah gerak yang percepatannya konstan (a = konstan) atau gerak yang kecepatannya berubah secara teratur.
 

Popular Posts

Blog Archive

About